Bos BCA: Perang Dagang Tidak Berdampak Signifikan ke Kredit Macet
Jahja melanjutkan, pemerintahan Trump tersebut berani perang dagang dengan China lantaran kondisi perekonomian AS sedang dalam kondisi prima
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Presiden Direktur Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja menilai perang dagang antara Amerika Serikat dengan China tidak berdampak langsung pada kondisi perbankan di dalam negeri.
Jahja mengemukakan, dampak perang dagang justru akan terasa pada sektor riil jika jumlah permintaan terhadap komoditas ekspor unggulan Indonesia seperti batu bara, bijih besi menurun akibat negara tujuan ekspor menurunkan kapasitas produksinya.
“Dampaknya tidak langsung, misalnya China turun produksi lokalnya, itu permintaan batu bara, bijih besi bisa turun,” kata Jahja saat ditemui di Menara BCA, Jakarta, Senin (10/7/2018).
Menurutnya, pengaruh perang dagang juga tidak akan berdampak signifikan pada kenaikan rasio kredit bermasalah (NPL) perbankan. Kendati, risiko perusahaan-perusahaan yang akan mengalami gagal bayar tetap ada.
“Menurut saya kalau kita mengikuti perkembangan baik-baik, NPL nggak akan terlalu gimana. Bahwa akan ada 1 atau 2 perusahaan yang gagal bayar itu normal," ungkap Jahja.
Baca: Tiket Pesawat Picu Inflasi di Provinsi NTT
Jahja melanjutkan, pemerintahan Trump tersebut berani melakukan perang dagang dengan China lantaran kondisi perekonomian AS sedang dalam kondisi yang prima. Kendati, AS sudah mengerek suku bunga The Fed hingga 1 persen dari basis 1,25 persen tahun ini.
"Ekonomi AS lagi bagus-bagusnya karenanya Trump berani perang dagang sama Tiongkok," pungkas dia.