Pegiat Teknologi Blockchain Garap 75.000 Petani di Bojonegoro Jawa Timur
Data-data yang dikumpulkan ini mencakup tentang luasan area tanam, jumlah petani, volume panenan, cuaca dan iklim lokal hingga geo tagging.
Penulis: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Revolusi digital terus melanda Indonesia. Selain e-commerce dan startup yang saat ini tumbuh subur, teknologi blockchain juga mulai diperkenalkan.
Sejak 2015, para pegiat teknologi blockchain di Indonesia mulai menggarap petani di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Melalui teknologi ini, para petani disana diberdayakan dengan mempertemukan mereka dengan para calon pembeli aneka komoditi pertanian dengan volume komoditi dan harga jual yang disepakati di depan, tanpa lagi menggunakan pihak ketiga sebagai perantara alias broker.
Untuk mendukung pengembangan teknologi ini dalam tataran praksis, para pegiat blockchain yang tergabung dalam HARA, sebuah blockchain social impact, melakukan pendataan petani di sana.
Data-data yang dikumpulkan ini mencakup tentang luasan area tanam, jumlah petani, volume panen, jenis panenan tanaman, cuaca dan iklim lokal hingga geo tagging.
Imron Zuhri, Chief Technology Officer HARA dalam diskusi membedah teknologi blockchain bersama Tribunnews dan sejumlah awak media di Jakarta, Kamis (19/7/2018) mengatakan, sampai akhir tahun ini pihaknya menargetkan bisa mengumpulkan data dari 75.000 petani di seluruh wilayah Bojonegoro.
Baca: SP Pertamina Turun ke Jalan, Protes Akuisisi 51 Persen Saham Pertagas oleh PGN
"Saat ini data yang masuk baru sekitar 3000 petani dan bulan depan kita perkirakan nambah jadi 6.000 petani. Kita fokus di food crops dulu: padi, jagung dan kedelai," ungkap Imron Zuhri.
Imron menjelaskan, data-data ini kemudian dimasukkan ke sistem big data yang dikelola HARA dan bisa diakses oleh masing-masing pihak yang berkepentingan.
"Dengan menerapkan teknologi blockchain tidak ada pihak yang bisa memonopoli transaksi. Data data ini dienskripsi, tidak bisa dibuka oleh pihak HARA, dan tidak bisa di-delete atau di-rename. Ini yang menjadi kunci utama orang memberikan kepercayaan menaruh data mereka di HARA," ungkap Imron.
Baca: Sampaikan Terima Kasih ke Dokter Terawan, Sakit Apa Sebenarnya SBY?
Dia menjelaskan, sebagai social blockchain impact, HARA memgambil benefit dari kegiatan ini lewat jasa meningkatkan produktivitas pertanian lewat pengambilan/pengumpulan data dari para petani.
"HARA bertindak jadi data kustodian. Untuk mengakses data data yang sifatnya private diharuskan mendapat izin/approval. Formulanya sedang kita siapkan," kata dia.
Baca: Ada Aktivitas Pembangunan di Pulau C Bikin Anies Baswedan Marah
Steven Suhadi, Chairman Asosiasi Blockchain Indonesia mengatakan, blockchain mengkombinasikan tiga komponen utama. Yakni enkripsi data, akses internet dan kesepakatan. "Aplikasi aplikasi yang berjalan di internet harus mengikuti regulasi yang berlaku," sebutnya.
Blockchain dapat diibaratkan sebagai sebuah smartphone yang berjalan dengan menggunakan OS (Operating System) Android, dimana blockchain itu adalah OS Android-nya. Sedangkan Bitcoin hanya salah satu aplikasi yang bergerak diatas Blockchain.
Blockchain merupakan teknologi digital, terdesentralisasi dan publik yang memungkinkan semua pengguna memantau seluruh transaksi tanpa diatur oleh pihak terpusat.