Kenaikan Harga Avtur Dinilai Beratkan Keuangan Maskapai Garuda
Analis Binaartha Parama Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama menilai, secara fundamental kinerja GIAA masih dipengaruhi oleh naiknya harga avtur.
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Maskapai pelat merah Garuda Indonsia Tbk (GIAA) mencatatkan kinerja relatif yang membaik pada periode semester pertama 2018.
Pada semester pertama, GIAA mencatatkan rugi bersih sebesar 116,858 dolar AS atau setara dengan Rp 1,68 triliun dari periode yang sama di tahun sebelumnya 281,92 dolar AS.
Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala Mansury mengungkapkan, turunnya kerugian tersebut ditunjang oleh pendapatan operasional yang meningkat 5,9 persen menjadi 1,9 dolar AS dari tahun 2017 yang tercatat 1,8 dolar AS.
“Kinerja operasional dan performa keuangan perusahaan menunjukkan perbaikan kinerja (pada semester I 2018),” kata Pahala saat paparan kinerja di Kantor Garuda Indonesia, Jakarta, kemarin.
Efisiensi Jadi Kunci
Analis Binaartha Parama Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama menilai, secara fundamental kinerja GIAA masih dipengaruhi oleh naiknya harga avtur.
Sebab, saat ini bahan bakar punya proporsi 35 persen dari biaya operasional maskapai pelat merah tersebut.
Baca: Tribe Kem Badminton Hadir Di Jawa Barat untu Anak-anak Jawa Barat yang Berusia 7 - 12 Tahun
“Kenaikan harga avtur memang cukup memberikan dampak yang signifikan pada fundamental Garuda Indonesia,” kata Nafan kepada Tribunnews.com, kemarin di Jakarta.
Menurut Nafan, penting untuk melakukan langkah efisiensi seperti pengiriman pesawat baru sehingga jumlah pesawat hingga akhir tahun dipertahankan sebanyak 202 unit, sehingga tidak membebankan biaya operasi.
Selain itu, Garuda juga bisa mencermati destinasi baru yang potensial.
Sebab, pada kondisi belakangan ini, masyarakat juga cenderung menggunakan jasa maskapai penerbangan berbiaya hemat (low cost carrier).
“Persaingan di industri penerbangan sangat kompetitif, Garuda perlu menermati destinasi baru yang potensial,” imbuh Nafan.
Nafan memprediksi, di triwulan ketiga pendapatan Garuda akan membaik, karena ditopang perhetalan Asian Games 2018 pada 18 Agustus hingga 2 September dan Annual Meeting IMF - World Bank Oktober mendatang.
Menurutnya, untuk saat ini saham Garuda direkomendasikan trading pada resisten Rp 240 dan support di level Rp 220 per saham.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.