Krisis Ekonomi Turki Mendorong Pelemahan Rupiah
Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada penutupan perdagangan sore ini, anjlok ke posisi Rp 14.608
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada penutupan perdagangan sore ini, Senin (13/8/2018) anjlok ke posisi Rp 14.608 per dolar AS. Dengan posisi tersebut, depresiasi Rupiah sejak awal tahun tercatat sebesar 7,80 persen.
Mengacu data Bloomberg, posisi Rupiah pada pembukaan dagang melemah ke posisi Rp 14.579 per dolar AS. Hari ini Rupiah bergerak pada kisaran Rp 14.544 hingga Rp 14.617 per dolar AS.
Ekonom Centre of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai, adanya potensi bahwa krisis ekonomi di Turki akan merambat ke Eropa dan bahkan global menambah kekhawatiran pelaku pasar. Hal itu terlihat dari depresiasi mata uang lira Turki yang mencapai 40 persen.
“Hal ini memperbesar tekanan terhadap Rupiah. Jadi tidak heran apabila Rupiah pada hari ini tertekan cukup dalam,” kata Piter kepada Tribunnews.com, Senin (13/8/2018).
Hal senada juga disampaikan Ekonom Insitute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara. Krisis ekonomi Turki, lanjut Bhima, diprediksi akan menyebabkan spillover effect ke Eropa dan negara berkembang lainnya.
Kondisi tersebut, kata Bhima diperparah oleh sanksi dari AS berupa kenaikan bea masuk alumunium asal Turki. “Dampaknya aset emerging market agak dihindari. Investor global memborong dolar dan treasury bond,” kata Bhima.