Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Menko Perekonomian: Kalau Tidak Impor Beras Waktu Itu, Repot Kita

Masalah impor beras antara Mendag dan Bulog ini kemudian berujung pada pengurangan impor beras.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Menko Perekonomian: Kalau Tidak Impor Beras Waktu Itu, Repot Kita
TRIBUNNEWS.COM/APFIA
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution saat ditemui ditemui di Kantor Bappenas, Jakarta Pusat, Rabu (25/7/2018). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengaku heran dengan masalah impor beras ang menyeret Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas).

Masalah impor beras antara Mendag dan Bulog ini kemudian berujung pada pengurangan impor beras. Ini karena gudang penyimpanan beras Bulog dikatakan penuh.

"Saya agak heran juga bahwa yang diributkan impor, dihubungkan dengan gudang yang penuh itu penuh karena impor. Kalau ga ada impornya isinya 800.000 ton," kata Darmin di Gedung Kemenko, Rabu (19/9/2018).

Darmin kemudian menyebutkan bahwa sejauh ini gudang beras Bulog penuh karena beras Impor.

Baca: Budi Waseso: Jangan Jadi Pengkhianat Bangsa!

Namun sebelumnya Buwas menyebut bahwa gudang beras sudah penuh sehingga tidak perlu impor beras.

"Nah sehingga menurut saya ini nggak perlu gaduh ini. Gudang penuh karena impornya 1,4 juta ton. Kalau tidak impor waktu itu repot kita," ujar Darmin.

Cadangan beras Bulog yang berjumlah 800.000 ton ini masih jauh dibawah cadangan beras ideal 1 juta ton. Hal ini kemudian berpotensi menimbulkan dampak pada kenaikan harga beras akibat Bulog tak memiliki cukup stok beras. Lebih lanjut Darmin mengaku sudah melakukan koordinasi.

Berita Rekomendasi

Darmin menjelaskan bahwa di kuartal III tahun 2017 harga beras mulai naik, sementara stok beras di gudang Bulog hanya 978.000 ton.

"Pertama, tahun 2017 itu di kuartal III harga mulai naik. Kami sebetulnya sudah intens rapat tapi waktu itu stok Bulog berada pada 978.000 ton. Banyak nggak itu? Nggak. Karena kita normalnya itu 2 juta ton, kalau 3 juta ton bagus," kata Darmin di Gedung Kemenko Perekonomian Rabu (19/9/2018).

Pada saat itu belum diputuskan apakah akan melakukan impor, karena masih terjadi perdebatan. Namun, stok beras Bulog terus berkurang karena digunakan untuk operasi pasar di tengah naiknya harga beras. Stok turun dari 978.000 ton menjadi 903.000 ton.

"Berarti dalam 10 hari berkurang 75.000 ton. Kenapa? Karena harus operasi pasar karena harga naik. Waktu itu harga Rp 11.300 ini beras medium. Padahal medium itu harganya Rp 9.450 (HET)," ungkapnya.

Pada Januari sampai Maret 2018 saat musim hujan dan mempengaruhi produksi beras dalam negeri. Rapat koordinasi memutuskan perlunya impor beras. Awal mula impor diputuskan 500.000ton. Darmin mengatakan, stok 903.000 itu tidak cukup untuk 10.

Bulog lalu mengimpor beras sehingga stok gudang 2 juta ton sampai akhir 2018 yang artinya aman hingga akhir tahun.

"Minggu ketiga Agustus 2018, stok Bulog 2,2 juta ton, tapi itu sudah termasuk impor, tapi belum termasuk semuanya. Mungkin 1,4 juta ton dia sudah masuk," katanya.

Sebelumnya Bulog mengatakan bahwa Indonesia tidak perlu mengimpor beras karena jumlah pasokan beras di gudang Bulog sudah 2,2 juta ton. Namun menurut Darmin, jumlah stok bulog hanya 1,4 juta ton merupakan tambahan hasil impor.

"Jadi itu sudah jadi pertimbangan matang," ujar Darmin.

Reporter: Kiki Safitri

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas