Kurs Rupiah Masih Hadapi Tekanan Menjelang Pengumuman Hasil Rapat FOMC
Spekulasi yang berkembang di pasar, BI berpeluang menaikkan suku bunga acuan antara 25 basis poin (bps)-50 bps.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Kontan, Disa Ayulia Agatha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jelang pengumuman hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC), kurs rupiah bergerak sideways. Kemarin, rupiah di pasar spot berhasil menguat tipis 0,05% ke level Rp 14.911 per dollar Amerika Serikat (AS). Ini kali pertama rupiah menguat sejak awal pekan ini.
Menurut Direktur Garuda Berjangka Ibrahim, penguatan rupiah di pasar spot adalah faktor teknis. Otot rupiah terangkat oleh sentimen menguatnya pasar saham di kawasan Asia.
Namun, posisi rupiah versi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) justru terkoreksi 0,30% menjadi Rp 14.938 per dollar AS.
Spekulasi kenaikan suku bunga acuan AS menjadi faktor penekan rupiah.
"Pasar sedang berfokus pada testimoni The Federal Reserve mengenai arah kebijakan selanjutnya yang akan menjadi acuan bagi para investor," kata dia, Rabu (26/9/2018).
Baca: IHSG Berpeluang Kembali Naik, Waspadai Tren Koreksi Jangka Pendek
Ekonom Bank Permata Joshua Pardede menambahkan, arah suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) seturut mempengaruhi rupiah. Hari ini BI akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG).
Spekulasi yang berkembang di pasar, BI berpeluang menaikkan suku bunga acuan antara 25 basis poin (bps)-50 bps.
Kendati bunga acuan BI dinaikkan, rupiah masih rentan. Sentimen efek perang dagang dari luar negeri, serta sentimen defisit neraca pembayaran Indonesia masih menghantui rupiah.
Karena itu, Josua memproyeksikan, hari ini rupiah bergerak di kisaran Rp 14.850–14.950 per dollar AS. Sementara prediksi Ibrahim, pergerakan rupiah pada hari ini berada dalam rentang Rp 14.895–Rp 14.950 per dollar AS.