Faktor Domestik dan Global Tekan Laju Rupiah
dari sisi eksternal, pelemahan Rupiah yang menyentuh level psikologis Rp 15.000 per dolar dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak mentah
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Melemahnya nilai tukar Rupiah hingga ke posisi Rp 15.025 per dolar Amerika Serikat, pada perdagangan Selasa (2/10/2018), atau terdepresiasi Rupiah sejak awal tahun menjadi 10,64 persen tidak terlepas karena adanya faktor yang berasal dari domestik maupun global.
Ekonom Insitute For Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara, kepada Tribunnews mengatakan, dari sisi eksternal, pelemahan Rupiah yang menyentuh level psikologis Rp 15.000 per dolar dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak mentah hingga 85 dolar AS per barel atau melonjak 28 persen sejak awal tahun.
“Bagi pengimpor minyak seperti Indonesia, naiknya harga minyak dapat menyebabkan defisit migas yang semakin lebar. Permintaan dolar secara alamiah akan terus meningkat,” kata Bhima, Selasa (2/10/2018).
Hingga akhir 2018, Bhima memproyeksi, Rupiah bisa mencapai level Rp 15.200 per dolar Amerika Serikat. “Titik keseimbangan baru belum terlihat,” katanya.
Bhima menuturkan, kondisi tersebut ditambah dengan rencana pemerintah Amerika Serikat yang akan merilis data tenaga kerja pekan ini.
Sebelumnya, pada Agustus, jumlah lapangan kerja baru yang berhasil tercipta sebanyak 201.000 orang. Diprediksi lapangan kerja bulan September kembali mencatatkan kenaikan diatas 180.000 orang. Alhasil pengangguran di AS turun ke 3,8 persen atau terendah dalam 18 tahun terakhir.
“Situasi ini menciptakan spekulasi terhadap kenaikan Fed Rate yang lebih cepat dari prediksi awal,” katanya.
Sementara, dari dalam negeri, kata Bhima, pelaku pasar juga mencermati efek pengumuman inflasi bulan September yang tercatat deflasi 0,18 persen. “Deflasi menunjukkan konsumsi rumah tangga yang melambat,” imbuh Bhima.