IMF Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2018, Ini Respon Sri Mulyani
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di akhir tahun 2018 oleh Dana Moneter Internasional atau International Moentary Fund (IMF) menurun.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di akhir tahun 2018 oleh Dana Moneter Internasional atau International Moentary Fund (IMF) menurun.
Sebelumnya IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di akhir tahun 2018 sebesar 5,3 persen, tetapi dalam laporan berjudul World Economic Outlook (WEO) Oktober 2018 proyeksinya menjadi 5,1 persen.
Baca: Fery Maryadi Menilai Nita Octobijanthy Sebagai Sosok Perempuan yang Kuat
Proyeksi terbaru IMF terhadap perekonomian Indonesia itu pun lebih rendah dari target pertumbuhan perekonokian yanh ditargetkan pemerintah Indonesia sebesar 5,4 persen di APBN 2018.
Kepala Ekonom IMF Maurice Obstfeld menjelaskan alasan IMF menurunkan proyeksi capaian perekonomian Indonesia, karena Indonesia turut terkena pengaruh dari sentimen ekonomi global seperti naiknya suku bunga acuan Amerika Serikat (AS), harga minyak, perang dagang AS.
"Meski kami menurunkan proyeksi, karena kebijakan pengetatan suku bunga AS, harga minyak dan perang dagang AS-China tapi kami lihat pertumbuhannya masih cukup kuat," terangnya dalam konferensi pers di Nusa Dua, Bali, Selasa (9/10/2018).
Menteri Keuangan Sri Mulyani pun merespons pernyataan IMF itu dan menyetujui kalau gejolak ekononi global memang berdampak pada perekonomi nasional.
Baca: KPU RI Mengaku Transparan Saat Seleksi Calon Komisioner KPU Jabar
"Lingkungan yang kita hadapi sekarang dengan adanya kenaikan suku bunga dan nilai tukar, dia sebabkan bebrapa aspek dari agregat demand kita terpengaruh," papar Sri Mulyani.
Namun Sri Mulyani yakin Bank Indonesia (BI) akan segera bergerak cepat melakukan langkah antisipatif sehingga nilai tukar rupiah kembali menguat.
Pemerintah juga berupaya dengan menekan impor sehingga lebih banyak menggunakan produk dalam negeri dan meningkatkan ekspor untuk
"Kalau responnya (BI) lebih cepat harusnya bisa canceling. Tapi kita lihat bagaimana respons industri kiat terahdap lingkungan yang kita hadapi," papar Sri Mulyani.