Rupiah Diprediksi Menguat Tipis Menjelang Rapat Dewan Gubernur BI
Dari dalam negeri, para pelaku pasar juga menunggu pengumuman BI rate yang rencananya akan dikeluarkan pada 23 Oktober 2018 mendatang
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Kontan, Disa Ayulia Agatha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rupiah secara tidak terduga kembali menunjukkan penguatannya di akhir perdagangan pada pekan lalu. Mata uang Garuda tersebut terdorong 0,05% ke level Rp 15.187 per dollar Amerika Serikat (AS).
Bila dilihat dalam sepekan, rupiah ternyata juga mengalami penguatan tipis 0,07%.
Tetapi keadaan sebaliknya terjadi dalam data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah malah menurun 0,22% menjadi Rp 15.221 per dollar AS atau dalam sepekan terkoreksi sebesar 0,18%.
Penguatan ini diduga kuat disebabkan oleh respon pelaku pasar yang masih condong pada berbagai sentimen positif seperti surplus pada neraca perdagangan serta perkiraan defisit fiskal tahun ini yang bisa lebih rendah di kisaran 1,83%-2,04%.
Baca: Zaskia Gotik Pamer Foto Gunakan Pakaian Hitam, Olla Ramlan Pertanyakan Wajahnya
Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong mengatakan pergerakan rupiah pada Senin (22/10) masih dipengaruhi sentimen eksternal khususnya pasar yang menunggu data Produk Domestik Bruto (PDB) AS.
“Datanya dapat mengkhawatirkan karena bisa memposisikan dollar di atas angin,” ujar Lukman.
Apalagi mengingat pada akhir pekan lalu adanya pengaruh besar respon pelaku pasar terhadap notulen Federal Open Market Committee(FOMC) Minutes di mana Federal Reserve berpotensi melanjutkan kebijakan kenaikan suku bunga acuan hingga tahun depan.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan selain hasil notulen FOMC, masih ada perhatian pasar seputar ketegangan diplomatik antara AS dengan Arab Saudi terkait dengan kenaikkan harga minyak.
Baca: KIPP: KPU Lelet Bikin Aturan Iklan Kampanye Pilpres
“Juga ada kekhawatiran datang dari Italia yang tetap mempertahankan defisit anggarannya di atas aturan Uni Eropa,” kata David. Ketegangan di benua Eropa ini juga dinilai ikut mendongkrak posisi dollar terhadap mata uang dunia.
Dari dalam negeri, para pelaku pasar juga menunggu pengumuman BI rate yang rencananya akan dikeluarkan pada 23 Oktober 2018 mendatang dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI.
Dalam rapat kali ini volatilitas rupiah dan strategi BI akan menjadi perhatian tersendiri.
Baca: Bawakan Lagu Ya Maulana, Nashwa Zahira Peserta Indonesia Idol Junior Kembali Digoda Rizky Febian
Untuk Senin (22/10), Lukman memperkirakan pergerakan rupiah dalam rentang kecil di kisaran Rp 15.175-Rp 15.225 per dollar AS. Sedangkan David memproyeksikan rupiah berpotensi menguat tipis berada di antara level Rp 15.150-Rp 15.220 per dollar AS.