Polemik Impor Jagung, Ombudsman Peringatkan Kementan Tak Goreng Isu Mafia Pangan
"Jangan terlalu membela diri seolah-olah ini kepentingan importir atau mafia pangan. Kan semua impor lewat Bulog, cari sendiri (siapa mafianya)."
Editor: Choirul Arifin
“Tapi kalau ada di petani, petani simpan dimana? Jagung itu tidak bisa disimpan di tempat terbuka, harus di Silo (penyimpanan curah), dan petani tidak punya Silo. Kalaupun industri pakan menyimpan jagung di Silo, kapasitasnya tidak mungkin sampai 12 juta ton,” paparnya.
Anton juga mempertanyakan, 12 juta ton jagung yang surplus tadi, kenapa tidak dijual langsung ke pasaran.
Baca: Enam Produk Perawatan Kendaraan Genuine Ini Bikin Mobil Mitsubishi Selalu Oke dan Kinclong
“Kalau petani punya jagung 12 juta ton, dengan harga pasaran misalnya Rp 4.500 per kilogram, artinya uang petani mengendap Rp 58 triliun. Apakah petani tidak butuh uang? Untuk kebutuhan sehari-hari dan operasional?” imbuh dia.
Jika pertanyaan-pertanyaan di atas tidak bisa dijawab Kemtan, lanjut Anton, maka ia mempersilakan masyarakat menilai sendiri apakah data surplus yang diklaim itu benar.
Sedangkan terkait rencana impor jagung 100.000 ton yang dianggap jumlahnya kecil oleh Kemtan, Anton pun mempertanyakannya.
Baca: Data Lengkap Insiden Kecelakaan Lion Air dari Tahun ke Tahun
“Jadi kalau mau impor, berarti secara tidak langsung mengakui bahwa tidak ada barang, atau berarti barangnya kurang. Tapi ini Kemtan malu-malu saja mengatakan (jagung) kurang,” tuturnya.
Di sisi lain, anggota Komisi IV Darori Wonodipuro mengatakan, dewan akan menanyakan kebenaran data jagung kepada Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat Rapat Dengar Pendapat (RDP).
Darori juga mengaku heran adanya polemik yang justru digulirkan pihak Kemtan.
"Saya akan menanyakan tentang impor jagung ini. Sebab, saya juga ditanya oleh masyarakat katanya surplus jagung, tapi kita impor 100 ribu ton, ini mana yang benar," kata Darori.
Berdasarkan informasi yang diperolehnya, impor jagung yang dilakukan Menteri Amran disebabkan tingginya harga komoditas ini di pasaran. Namun, seharusnya, Menteri Amran tak langsung melakukan impor.
"Dia harusnya, melakukan dan mengecek di lapangan. Apakah ini memang produksinya yang buruk, atau disimpan oleh tengkulak," katanya.
Tak hanya menanyakan ke Menteri Amran, Darori meminta Satgas Pangan untuk menyelidik data surplus produksi jagung sebanyak 12,9 juta ton. Upaya untuk mengetahui, kebenaran data produksi jagung dalam negeri.
"Kan Menteri Pertanian gak ngaku siapa yang menguasai ternak. Satgas Pangan sidak saja, bagaimana kondisi jagung di pasaran. Supaya ada keterbukaan," tandas Darori.