Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Alasan BPTJ Ingin ERP Segera Diberlakukan

Pemerintah berencana menerapkan kebijakan baru, yaitu Electronic Road Pricing (EPR) atau jalan berbayar mulai akhir 2019

Penulis: Ria anatasia
Editor: Sanusi
zoom-in Alasan BPTJ Ingin ERP Segera Diberlakukan
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di Jalan Salemba Raya, Jakarta, Senin (17/7/2017). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama tim sinkronisasi telah membahas 13 langkah mengatasi kemacetan di Ibu kota, antara lain sistem Electronic Road Pricing (ERP) dan pengembangan angkutan masal berbasis rel Mass Rapid Transit (MRT). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah berencana menerapkan kebijakan baru, yaitu Electronic Road Pricing (EPR) atau jalan berbayar mulai akhir 2019.

Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono mengatakan, pihaknya ingin rencana tersebut segera direalisasikan, mengingat pertumbuhan mobilitas penduduk terus berlangsung cepat.

EPR akan menggantikan sistem Ganjil-Genap yang bertujuan agar membuat pengguna kendaraan pribadi beralih ke transportasi umum.

"Tahun depan saya targetkan sudah mulai diimplementasikan. Karena ganjil-genap tidak bisa lama-lama," ucapnya saat ditemui di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Selasa (12/11/2018).

Menurutnya, kebijakan ganjil-genap tak bisa terus diberlakukan, sebab jumlah kendaraan tak kunjung berkurang dan jalanan tetap padat.

"Karena memang pertumbuhan naik terus. Orang beli mobil dua, beli mobil second, naik motor. Makanya untuk itu saya campaign terus, artinya keselamatan (pakai kendaraan pribadi) lebih rendah," jelasnya.

"Area (jalan berbayar) itu juga nanti bebas kendaraan roda dua," imbuhnya.

Berita Rekomendasi

Bambang melanjutkan, kebijakan segera dibuat agar tidak ada kekosongan kebijakan terkait pengaturan kendaraan dan arus lalu lintas. Diketahui, kebijakan ganjil-genap berkahir pada Desember 2018.

"Kita harus siapkan jangan sampai ada kekosongan kebijakan. Nanti kondisi transportasi agak semrawut lagi," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas