Soal Bayar Tol Tak Pakai Setop, Kemenhub Minta BUJT Terapkan Teknologi yang Sama
Pembayaran di gerbang tol sudah menggunakan sistem non tunai, namun antrean masuk jalan tol masih sering terjadi.
Penulis: Ria anatasia
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembayaran di gerbang tol sudah menggunakan sistem non tunai, namun antrean masuk jalan tol masih sering terjadi.
Hal ini dikarenakan pemerintah membutuhkan waktu untuk tapping kartu pembayaran elektronik hingga palang pintu terbuka, menyebabkan kemacetan saat volume kendaraan cukup tinggi.
Mengatasi hal tersebut, pemerintah mengupayakan penerapan sistem multi lane free flow (MLFF). Sistem ini memungkinan pengguna jalan tol tidak menghentikan kendaraan saat melakukan proses transaksi.
"Pengalaman saya ke Korea Selatan, pendekatannya positif, jadi barrier-nya kebuka kita tinggal jalan. Kenapa MLFF diterapkan? Karena secepat-cepatnya buka tutup kan butuh waktu juga. Ini jadi simple dan terlampaui," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Perhubungan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Sugihardjo di Jakarta, Senin (3/12/2018).
Baca: Rochy Putiray Yakin Klub Ini Juara Liga 1 2018, Singgung Soal Persib Bandung Hingga Ajak Taruhan
Sistem MLFF sebelumnya ditargetkan Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT), untuk bisa diterapkan pada akhir 2018. Namun tertunda akibat proses lelang tender penerapan sistem atau teknologi belum rampung.
Litbang Kemenhub menggelar Focus Group Discussion (FGD) bersama badan usaha jalan tol (BUJT) dan transportasi untuk menentukan teknologi apa yang akan dipakai.
"Kami sarankan harus ada satu sistem yang sama. Tidak bisa setiap operator pakai sistem beda, nanti kacau. Kendaraannya sama kalau sistem tolnya beda terlalu banuak tempelan di kacanya. Tapi kalau pakai satu sistem mudahkan mobilitas. Sekarang gunakan satu sistem itu gimana," jelasnya.
Menurut Sugihardjo, sistem teknologi yang dipakai perlu sama, sehingga pemerintah tidak perlu membangun infrastruktur penunjang.
"Kalau sudah terlanjur infrastrukturnya terbangun sangat banyak. Diharapkan sistemnya satu, tidak banyak sistem. Karena kebetulan kita baru mulai, harapannya teknologi yang paling terdepan dan biayanya paling murah," ucapnya.
Apabila FGD tak menemukan kesepakatan terkait teknologi yang dipakai, Sugihardjo memyarankan dibentuknya tim kecil untuk membahas hal tersebut.
"Kalau ini tidak ada kesepakatan bulat, saya sarankan bangun tim kecil. Jadi tahun ini bisa kita sepakati teknologi apa yang akan kita terapkan untuk MLFF. Nanti kami buatkan payung hukumnya dalam bentuk Perpres atau yang lainnya," pungkasnya.