Impor BBM Membengkak, Cadangan Gas di Kalimantan Akan Dioptimalkan untuk Dalam Negeri
BPH Migas mendorong adanya optimalisasi cadangan gas di wilayah Kalimantan untuk kebutuhan dalam negeri dibandingkan untuk ekspor
Penulis: Ria anatasia
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas mendorong adanya optimalisasi cadangan gas di wilayah Kalimantan untuk kebutuhan dalam negeri dibandingkan untuk ekspor.
Kepala BPH Migas Fanshurullah Asa, mengungkapkan, cadangan gas di Kalimantan terbilang besar. Dalam Neraca Gas Bumi Indonesia 2018-2027, Region V Kalimantan merupakan pemilik cadangan terbesar ketiga yaitu 15,35 triliun standard cubic feet (TSCF).
"Supply side, gimana kepastian alokasi gasnya. Sampai saat ini ada alokasi gas yang mencukupi di wilayah Kaltim," katanya dalam FGD mengenai prospek pengembangan dan peningkatan pemanfaatan gas bumi di Kalimantan di Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (19/12/2018).
FGD tersebut melibatkan pemerintah provinsi se-Kalimantan, dan sejumlah badan usaha di sektor migas termasuk PT Bakrie & Brothers Tbk., PGN, Pertagas, dan lainnya.
Selama ini, produksi gas bumi dari Kalimantan sebagian besar diolah menjadi LNG atau gas alam cair yang didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan Domestik dan Ekspor.
Namun, ekspor LNG ke Jepang, China dan negara lainnya dinilai kurang efektif akibat harga yang relatif murah.
"Dalam 1 tahun datanya 30-40 kargo LNG kita ekspor, yang harga jelas lebih murah dibanding impor BBM," jelasnya.
Sementara itu, Indonesia masih mengimpor BBM dalam jumlah besar, yaitu sekitar 60 persen. Menurut Fanshurullah, jika cadagan gas bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan dalam negeri bisa mengurangi ketergantungan impor BBM.
"Demand side, keutuhan gas dalam negeri terutama wilayah kalimantan. Kepastian demand perlu dikaji berapa, konversi dari penggunaan batu bara, dipindahkan dari BBM menuju gas bumi, atau menggunakan jenis BBM lainnya," jelasnya.
Untuk memenuhi hal tersebut, BPH Migas mendorong pembangunan infrastruktur, dengan membangun pipa gas baik untuk industi maupun rumah tangga.
"Perlu dibangun jaringan gas sepanjang kabupaten, kecamatan hingga desa, kelurahan sehingga ada konversi LPG yang impor 60 persen atau yang menggunakan minyak tanah (beralih) ke jaringan gas. Maka kesejahteraan masyarakat dari Kaltim sampai Kalbar bisa terwujud dengan baik," pungkasnya.
Untuk diketahui, Berdasarkan Neraca Gas Bumi Indonesia 2018-2027, kebutuhan gas jangka panjang untuk kelistrikan di Region V Kalimantan akan terus mengalami pertumbuhan.
Terdapat banyak penambahan pembangkit listrik berbahan bakar gas di Region V seperti PLTG/MG Kalbar PLTGU Kalbar 2, PLTG/MG/GU Kalsel 1, PLTG/MG/GU Kalteng, PLTG/MG Kaltim 2, PLTMG Malinau, PLTMG Tanjung Selor dan PLTMG Simenggaris.
Pembangkit listrik tersebut sangat dibutuhkan untuk mendukung Kawasan Industri Landak dan Ketapang, Kalimantan Barat, Kawasan Industri Batulicin dan Jorong, Kalimantan Selatan serta Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta Trans Kalimantan (KEK MBTK), Kalimantan Timur.