Bantu Atasi Kekurangan Pasokan Listrik, Baran Energy Kembangkan Teknology EBTKE
Aldebaran Rekayasa Cipta (Baran Energy) saat ini tengah mengembangkan teknologi Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
Penulis: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Demi mengurangi angka kekurangan pasokan listrik nasional, PT Aldebaran Rekayasa Cipta (Baran Energy) saat ini tengah mengembangkan teknologi Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (ETKE), berupa power storage (penyimpan daya) yang bisa digunakan untuk skala rumah tangga hingga sektor industri.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hingga 4 April 2016, terdapat lima wilayah yang mengalami defisit cadangan listrik. Kota Palu merupakan wilayah dengan defisit cadangan terbesar yaitu 23,37 persen. Selain di Indonesia Timur, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung pun mengalami defisit cadangan listrik sebesar 6,70 persen.
Pada periode yang sama, ada 14 wilayah dinyatakan dalam kondisi siaga atau memiliki cadangan yang lebih kecil dari pembangkit terbesarnya. Misalnya Kota Jayapura, Lombok dan Batam. Sementara, hanya terdapat empat wilayah yang berstatus normal soal cadangan listrik, yaitu Jawa-Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Poso, Tentena, dan Kupang.
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RPTUL) 2016-2025, PLN memproyeksikan pertumbuhan permintaan tenaga listrik di Indonesia rata-rata 8,6 persen per tahun. Sehingga, diperkirakan kebutuhan listrik pada 2025 akan mencapai lebih dari dua kali lipat dari 217 Terawatt-hour (TWh) menjadi 457 TWh di 2016.
Situasi itu tentu membuat ancaman krisis listrik total semakin nyata. Saat ini, sistem kelistrikan Jawa-Bali dengan kapasitas daya besar pun tetap masih menanggung beban berat, terutama saat defisit listrik pada waktu sibuk pemakaian (antara pukul 6-12 malam).
Corporate Secretary PT Aldebaran Rekayasa Cipta, Dihar Dakir, mengatakan kondisi tersebut dapat terbantu dengan penggunaan power storage yang memanfaatkan energi panas matahari.
Saat ini, kata Dihar, Baran Energy sedang mengembangkan produk berupa Baran PowerWall berkapasitas 8800 Watt-hour (Wh) yang yang bisa digunakan untuk rumah dengan daya 1300 W hingga 10.000 W, kantor, dan industri kecil.
Baca: Bidik Pemilik Warung, Peminjam di P2P lending Tokomodal Tembus 8.000 Orang
Selain itu, ada juga Baran PowerPack yang memiliki kapasitas penyimpanan sebesar 126 Kilowatt-hours (kWh). Perangkat ini bisa digunakan untuk rumah yang berukuran besar yang menggunakan daya sekitar 10 kW – 60 kW dan industri skala menengah.
Sementara perangkat yang paling besar adalah Baran PowerCube dengan kapasitas penyimpanan 1,2 Megawatt hours (MWh) yang bisa digunakan untuk kawasan industri, pabrik, dan perkebunan, real estate, dan pertambangan. Apapun ketiga produk tersebut memiliki garansi selama 10 tahun.
“Untuk harga yang bisa kami sampaikan adalah Baran PowerWall, yaitu Rp 110 juta. Namun, jika paket, nanti kami akan memberikan sistem, yakni 1 unit PowerWall Rp 110 juta, 6 unit solar panel Rp 30 juta, 2 unit inverter Rp 55 juta, dan instalasi Rp 15 juta. Jadi total sekitar Rp 210 juta. Sistem ini, bisa diterapkan untuk rumah yang memiliki daya sekitar 1300 W. Sementara untuk pemakaian PowerPack dan PowerCube, kami harus melakukan survey audit terlebih dahulu baru kami bisa memberikan harga,” tutur Dihar.
Dihar menyebutkan, awalnya pihaknya menargetkan pemakaian terbanyak adalah skala rumah tangga, namun sekarang peminat dari sektor industri cukup tinggi, karena cukup menguntungkan.
“Contohnya, salah satu klien kami di daerah Jawah Tengah yang memiliki pabrik minuman dengan daya terpasang 222 KWh, setiap bulannya dia harus membayar tagihan listrik sekitar Rp 20 juta jika selama 10 tahun dia harus membayar sekitar tagihan Rp 2,4 miliar. Namun, iika memakai BaranPower, dia hanya mengeluarkan dana Rp 2 miliar. Berarti, ada untung sekitar Rp 400 juta. Jika semakin besar jumlah tagihan listrik, maka semakin besar juga margin keuntungan,” kata dia.