Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

BI Optimistis Kurs Rupiah Terus Menguat Meski Nilai Tukar Masih Terlalu Murah

Bank Indonesia (BI) menganggap nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih terlalu murah (undervalued).

Editor: Dewi Agustina
zoom-in BI Optimistis Kurs Rupiah Terus Menguat Meski Nilai Tukar Masih Terlalu Murah
TRIBUNNEWS.COM/SYAHRIZAL
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengusulkan perubahan asumsi kurs Rupiah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2019 menjadi Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat dari sebelumnya Rp 14.500 per dolar AS dalam Rapat Kerja di Banggar DPR, Kompleks Parlemen, Jakarta, kemarin. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menganggap nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih terlalu murah (undervalued).

Oleh karena itu, bank sentral melihat, ruang penguatan masih terbuka lebar.

Kurs menguat pada penutupan perdagangan pasar spot Jumat (25/1/2019) sore, 1 dolar AS dibanderol Rp 14.080.

Rupiah menguat 0,56 persen dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

"Seperti selalu disampaikan oleh Gubernur BI, mata uang rupiah masih undervalued. Jadi kami yang setiap saat berharap pada pasar, akan membiarkan ruang bagi rupiah terus menguat," kata Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah.

Optimisme BI tak lepas dari konstelasi ekonomi dan pasar keuangan global.

Salah satunya adalah arah kebijakan The Fed yang lebih lunak, dan segenap kebijakan oleh BI dan pemerintah untuk memperkuat stabilitas.

Berita Rekomendasi

BI menekankan, kekhawatiran penguatan rupiah akan memperlebar defisit perdagangan tidak cukup relevan, karena defisit yang tercatat saat ini lebih disebabkan penurunan ekspor dan volume impor yang menurun.

"Artinya, rupiah yang terdepresiasi 5,7 persen selama 2018 dan kebijakan pemerintah menaikkan pajak impor untuk menurunkan volume impor bagi sejumlah komoditas mulai memberikan dampak," kata Nanang.

"Bila kecenderungan ini terus berlanjut di tahun ini, kami optimis defisit transaksi berjalan akan menuju sekitar 2,5 persen," kata Nanang.

Saat ini, pasokan dan permintaan di pasar valas semakin berimbang, sementara pasokan devisa dari eksportir ke perbankan pun dalam kondisi yang relatif bisa mengimbangi kebutuhan valas untuk impor.

Tugas BI di pasar valas adalah mengawal pergerakan rupiah baik pada saat melemah maupun menguat agar lebih terukur perubahannya.

Sehingga tercipta stabilitas dan kepercayaan masyarakat.

"Yang lebih penting adalah kepercayaan pasar terhadap kebijakan moneter dan fiskal semakin menguat dan turut menambah dorongan arus modal masuk ke Indonesia," tegas Nanang.

Baca: Puput dan Keluarga tidak Kembali ke Kediaman Kawasan Cimanggis Sejak BTP ke Luar dari Rutan Brimob

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat di perdagangan pasar spot Jumat kemarin.

Dolar AS bahkan sudah di bawah Rp 14.100. Kurs 1 dolar AS dihargai Rp 14.080 saat penutupan pasar spot.

"Dolar AS melemah karena kalangan forex traders mengantisipasi kemajuan negosiasi AS - China yang akan dilangsungkan antara dua negara pekan depan di Washington DC," kata Nanang.

"Dan ditengah penungguan pasar atas besaran dampak dari lumpuhnya sebagian layanan publik di AS (partial US Government Shutdown) terhadap pertumbuhan ekonomi AS," tambahnya.

Belum lagi, ditambah dengan proyeksi perekonomian global yang melambat tahun ini, arah kebijakan bank sentral AS (The Fed) pun dipastikan tidak akan menopang penguatan dolar.

Dinamika tersebut menjadi faktor pendrong yang menopang dana-dana portofolio global terus mengalir ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia di pasar saham maupun surat berharga negara (SBN).

"Sejak awal tahun hingga 21 Januari 2019, dana portfolio global yang masuk ke pasar SBN dan saham mencapai Rp 13,63 triliun," katanya.

Ada pula faktor selisih imbal hasil obligasi pemerintah dan US Treasury Bond AS yang saat ini mencapai 523 bps.

Nilai real dari imbal hasil obligasi saat ini juga mencapai 4,56 persen.

Secara year to date (rentang waktu satu tahun), rupiah menguat sekitar 1,5 persen karena penguatannya lebih bertahap.

Sentimen Eksternal
Direktur Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi menjelaskan, penguatan rupiah pada pembukaan perdagangan pasar spot Jumat pagi akibat dua sentimen eksternal utama, yakni optimisme pertemuan AS dan China yang akan berlangsung akhir Januari dan keberlangsungan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga pada pertemuan pekan depan.

"Investor juga masih menunggu keputusan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit),” tutur Ibrahim.

Sementara dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) juga dinilai sudah mengambil langkah apik untuk menahan perlambatan ekonomi global dengan pemberlakukan sistem Operasi Pasar Terbuka (OPT).

"Operasi moneter ini merupakan kontraksi-ekspansi likuiditas yang mampu memberikan kepastian bagi pengelolaan likuiditas perbankan," tambah Ibrahim.

Baca: Takjubnya BTP Ketika Pertama Kali Melihat Indahnya Simpang Susun Semanggi

Dia juga berpendapat strategi BI memperdalam pasar Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), berpotensi mampu mendorong korporasi dalam negeri untuk lebih aktif dan efektif.

Hal ini merupakan cara untuk membuat para investor, baik domestik maupun asing, menjadi betah bermain di pasar domestik.

Namun begitu, Ibrahim tak yakin penguatan rupiah akan berlangsung lama. Sebab, AS juga sedang bergumul dalam masalah politik dan ekonomi Venezuela.

Venezuela merupakan salah satu produsen minyak terbesar. Jika campur tangan AS menyebabkan harga minyak naik, ada kemungkinan rupiah akan melemah karenanya.

Ibrahim memprediksi rupiah memiliki harapan menguat tipis di akhir perdagangan hari ini pada level Rp 14.123 per dollar AS - Rp 14.180 per dollar AS.

Indeks dollar hari ini terkoreksi ke 96,39 dari posisi kemarin pada 96,60.

Indeks yang mencerminkan nilai tukar dollar AS terhadap mata uang utama dunia ini cenderung stagnan jika dibandingkan dengan posisi akhir pekan lalu pada 96,34.

Sementara hampir seluruh mata uang Asia menguat terhadap the greenback. Hanya mata uang yen yang melemah terhadap dollar AS hingga siang ini. (kompas.com/kontan/tribunnews)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas