Inalum Bentuk Lembaga Riset Untuk Percepat Pengembangan Hilirisasi
Lembaga tersebut dibentuk untuk mempercepat pengembangan hilirisasi di sektor pertambangan sehingga pengelolaan sumber daya alam Indonesia
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) yang merupakan induk holding BUMN Pertambangan membentuk lembaga riset dan inovasi, Institut Industri Tambang dan Mineral atau Mining and Minerals Industry Institute (MMII).
Lembaga tersebut telah diresmikan Jumat (1/2/2019) oleh Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno, Direktur Utama INALUM Budi G. Sadikin, dan Ketua Dewan Penasihat MMII Subroto, di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (1/2/2019).
Lembaga tersebut dibentuk untuk mempercepat pengembangan hilirisasi di sektor pertambangan sehingga pengelolaan sumber daya alam Indonesia dapat menciptakan nilai tambah.
Tidak hanya untuk Inalum, MMII juga mendukung INALUM dan seluruh bagian holding yakni PT Aneka Tambang Tbk., PT Bukit Asam Tbk., PT Timah Tbk., dan PT Freeport Indonesia.
Baca: INALUM dan UNCEN Jalin Kerjasama Membangun Papua
Dirut Inalum, Budi Gunadi Sadikin menjelaskan lembaga tersebut akan bersinergi dengan empat universitas yakni Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan Universitas Cendrawasih (Uncen).
“MMII diharapkan dapat membantu mendorong dan mempercepat hilirisasi melalui sinergi dengan universitas dan lembaga riset sehingga sektor tambang dapat memberikan nilai tambah dan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi,” kata Budi Gunadi di Jakarta Selatan, Jumat (1/2/2019).
Tidak hanya pada produksi, lembaga riset MMII juga diharapkan dapat meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) dan menyusun rekomendasi kebijakan pengelolaan pertambangan dan industri nasional yang berkelanjutan.
“Juga diharapkan meningkatkan kemampuan SDM di dunia pertambangan sehingga dapat mengelola industri tambang dengan lebih baik dan ramah lingkungan,” kata Budi Gunadi.
Ketua Dewan Penasihat MMII, Subroto, yang juga Mantan Menteri ESDM 1978-1988 menuturkan lembaga tersebut dapat menciptakan masa depan pertambangan dan industri berkelanjutan.
“Saya berharap pengalaman dan pengetahuan saya dapat bermanfaat bagi MMII untuk dapat mewujudkan masa depan pertambangan dan industri yang berkelanjutan, dan dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat,” kata Subroto ditemui di kesempatan yang sama.
Sementara itu, tahun 2019 ini INALUM akan fokus pada pengerjaan empat proyek hilirisasi yang terdiri dari pembangunan pengolahan bauksit menjadi alumina bersama PT Aneka Tambang Tbk di Kalimantan Barat.
Kedua pembangunan pengolahan batubara menjadi gas dan produk turunan lainnya yang akan dilakukan oleh PT Bukit Asam Tbk di Riau.
Kemudian pembangunan smelter tembaga yang akan dilakukan oleh PT Freeport Indonesia dan penjajakan pengolahan nikel menjadi bahan utama yang dapat digunakan oleh industri baterai.