Perang Tarif Bikin Operator Sulit Inves di Proyek Strategis Nasional
Seharusnya perusahaan telekomunikasi mau berkontribusi di program pemerintah tersebut dengan membangun jaringan telekomunikasi di sepanjang jalur MRT.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mass rapid transit (MRT) Jakarta suda melaju. Namun masih ada kendala, salah satunya sarana telekomunikasi, terutama di jalur bawah tanah MRT. Masih ada operator telekomunikasi yang enggan memasang jaringan mereka di jalur bawah tanah MRT.
Direktur Eksekutif The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan, proyek MRT merupakan program strategis nasional dan pionir di bidang transportasi massal modern.
Seharusnya perusahaan telekomunikasi mau berkontribusi di program pemerintah tersebut dengan membangun jaringan telekomunikasi di sepanjang jalur MRT.
“Tujuannya agar masyarakat mendapatkan kenyamanan dalam berkomunikasi dan tertarik untuk menggunakan layanan umum seperti MRT,” terang Enny, dalam pernyataan tertulis, Kamis (28/3/2019).
Salah satu keengganan operator masuk ke jalur MRT akibat tingginya biaya instalasi jaringan. Mengatasi hal ini menurut Enny, seharusnya PT MRT Jakarta dan Tower Bersama dapat transparan kepada publik terkait biaya yang dikenakan untuk setiap operator.
Baca: Ikuti Jejak Garuda, Sriwijaya Air Juga Batalkan Pesanan Dua Unit Boeing 737 Max 8
Seharusnya, jika banyak operator tertarik membangun jaringan sepanjang jalur MRT, komponen biaya yang ditanggung oleh masing-masing operator akan berkurang. Karena biaya pembangunan jaringan telekomunikasi di MRT ditanggung renteng.
“Jika memang harga sudah transparan disampaikan oleh PT MRT dan Tower Bersama, tapi masih ada operator yang tak sanggup membayar, operator tersebut tak boleh komplain,”terang Enny.
Baca: Prabowo: Kalian Senang Dikasih Kartu? Ngapain Kalian Dibagi 5, 7 Kartu Kalau Duitnya Gak Ada
Ketidakmampuan operator berinvestasi dengan memasang jaringannya di MRT juga sebagai akibat dari perang tarif . Walhasil mereka kehilangan daya saing karena perang tarif ini menggerus pendapatan.
Kerugian dari perang tarif tersebut sudah nampak, yaitu tidak adanya pemerataan layanan telekomunikasi. Kebanyakan operator yang ada saat ini hanya mau berinvestasi jika menguntungkan dan enggan berinvestasi jika tidak menguntungkan, seperti investasi di jalur MRT.
“Perang tarif sudah menimbulkan kerugian sosial karena operator tak mampu mendukung program pemerintah dalam pemerataan layanan dan jaringan telekomunikasi. Bahkan operator tak mampu lagi mendukung secara optimal program strategis nasional seperti menyediakan layanan telekomunikasi di jalur MRT,” terang Enny.
Enny meminta agar Kementrian Komunikasi dan Informatika untuk segera meredakan perang tarif di industri telekomunikasi. Sehingga operator telekomunkasi memiliki kemampuan mendukung program strategis nasional.
Reporter: Ahmad Febrian
Artikel ini tayang di Kontan dengan judul Efek perang tarif, operator tak mampu berinvestasi di proyek strategis nasional