Mau Berinvestasi Pasca Pemilu, Ini Panduan Versi Bahana TCW
Pemili 2019 telah digelar. Saat ini warga Indonesia sedang menunggu pengumuman Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Penulis: Hendra Gunawan
Budi menyoroti spread antara suku bunga Bank Indonesia baik terhadap proyeksi inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terbilang tebal setelah kenaikan pesat bunga selama tahun 2018 lalu.
Berdasarkan panduan SLIVE, Budi melihat alokasi arus modal asing di pasar surat berharga negara (SBN) akan lebih besar ketimbang pasar modal.
Baca: Pria yang Ditemukan Tidak Bernyawa di Anak Sungai Cisadane Miliki Gangguan Mental
Baca: Yura Yunita Banjir Ucapan Terima Kasih Berkat Lagu Perselingkuhan yang Ia Nyanyikan
Investor asing memanfaatkan imbal hasil SBN yang masih relatif tinggi sejalan dengan penurunan yield T-bond dan peluang penguatan rupiah hingga akhir tahun. Terlebih lagi risiko kelebihan penawaran SBN relatif terbatas mengingat pemerintah telah lebih awal menerbitkan (front-loading) jelang akhir tahun lalu.
“Semarak pada pasar SBN menjadi semacam prasyarat peluang kenaikan di pasar saham yang juga menunggu penguatan daya beli sekira pemerintah mampu memacu kinerja ekspor manufaktur dan pariwisata sebagai mesin penghasil valas selain komoditas primer,” ungkap Budi.
Budi memproyeksikan imbal hasil saham selama tahun 2019 ini sejalan dengan pertumbuhan laba perusahaan sebesar 10-12% sehingga IHSG berpeluang ditutup pada 6800-6900 pada akhir tahun. Imbal hasil ini menarik dibandingkan inflasi yang diproyeksikan sekitar 3% hingga 4%.
Saat ini arus modal asing yang masuk ke pasar modal telah mencapai Rp 15,21 triliun sejak awal tahun. Sementara, total dana asing yang masuk di pasar modal dan obligasi telah mencapai US$ 6 miliar, jauh lebih besar dari tahun 2018.