Belum Minati Saham Bir Milik Pemprov DKI, Produsen Bir Bintang Fokus Rambah Pasar Halal
Saat ini, minuman non-alkohol yang diproduksi Multi Bintang ada empat jenis, di antaranya Fayrouz, Greensands, Bintang Zero, dan Bintang Radler Zero.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Multi Bintang Tbk (Multi Bintang) belum memiliki rencana untuk membeli saham bir milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang saat ini berjumlah 26,25 persen di PT Delta Djakarta Tbk (DLTA).
"Kalau saat ini belum kepikiran ke situ, belum ada rencana itu," kata Coorporate Affairs Director PT Multi Bintang Bambang Britono di Jakarta, Selasa (23/4/2019).
Sementara itu Presiden Direktur PT Multi Bintang Tbk Michael Chin, mengatakan saat ini perseroan masih fokus mengembangkan bisnis sendiri yang saat ini merambah ke minuman non-alkohol, meskipun minuman beralkohol masih menjuarai penjualan Multi Bintang.
"Kami akan mengembangkan minuman non alkohol dari distribusi dan produksi. Kami sudah masukkan ke pasar moderen seperti minimarket dan supermarket. Nanti kami juga ada rencana untuk ekspansi ke toko-toko biasa," ucap Michael Chin, Presiden Direktur PT Multi Bintang Tbk di Jakarta, Selasa (23/4/2019).
Saat ini, minuman non-alkohol yang diproduksi Multi Bintang ada empat jenis, di antaranya Fayrouz, Greensands, Bintang Zero, dan Bintang Radler Zero.
Baca: Industri Halal Dunia Makin Menjanjikan
Michael menambahkan, mungkin nanti Multi Bintang akan memproduksi produk-produk non-alkohol lain karena merambah pasar halal.
Namun, saat ini pihaknya sedang membangun ekspansi terhadap produk-produk yang telah ada.
"Namun saat ini kami sedang membangun ekspansi dan mengaturnya agar semua produk enggak ada yang lemah, agar semua produk bisa menyatu dengan pasar," ucapnya.
Diketahui, belum lama ini Multi Bintang telah memperluas jangkauan bir di Amerika Serikat dan Korea Selatan. Hal ini membantu meningkatkan pendapatan perusahaan.
Pada tahun 2018, Multi Bintang mengalami peningkatan pendapatan sebesar 8 persen atau Rp 3,6 triliun. Pencapaian ini disinyalir karena berkembangnya produk minuman alkohol, minuman non-alkohol, dan kinerja ekspor.