INDEF Nilai Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan Pertama Rendah
INDEF menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I-2019 sebesar 5,07 persen terbilang rendah.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I-2019 sebesar 5,07 persen terbilang rendah.
Angka ini tidak lebih baik dibanding triwulan sebelumnya (triwulan IV/2018) yang tumbuh sebesar 5,18 persen, meski lebih tinggi dari triwulan I/2018 yakni 5,06 persen.
“Tujuh triwulan sebelumnya angka investasi PMTB selalu lebih tinggi daripada angka pertumbuhan ekonomi. Triwulan ini lebih rendah," ujar Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto di kawasan Cikini, Jakarta, Rabu (8/5/2019).
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suharyanto mengatakan reliasasi triwulan ini lebih rendah dibandingkan kuartal IV 2018 year on year.
Adapun harga komoditas migas dan nonmigas di pasar internasional mengalami penurunan baik secara kuartal (q to q) dan tahunan (yoy) di kuartal I-2019.
Harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) mencapai USD60,49 per barel pada kuartal I-2019.
Atau lebih tinggi dari kuartal IV 2018 yakni sebesar USD65,12 per barel atau turun 7,1 persen.
Baca: 30 Pesawat Garuda Indonesia akan Dilengkapi WiFi
“Ada empat negara mitra dagang utama yang perekonomiannya melambat antara lain China, Singapura, dan Korsel. Sedangkan Amerika Serikat pertumbuhannya bagus,” ucapnya.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga dipengaruhi ekspor ke China mencapai 14,11 persen dan ekspor ke Amerika Serikat dari 11,22 persen.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani menegaskan pemerintah tengah berupaya meningkatan pertumbuhan ekonomi.
Itu ia sampaikan dalam Spring Meetings of the World Bank Group (WBG) and the International Monetary Fund (IMF) 2019 di Washington, D.C., Amerika Serikat pada 12-14 April 2019.
Menkeu menjelaskan Indonesia telah berpartisipasi dalam pertemuan-pertemuan yang membahas kebijakan fiskal, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), kebijakan moneter, maupun kebijakan perdagangan internasional.
Hal ini dilakukan untuk memformulasikan kebijakan agar momentum pertumbuhan ekonomi dapat terus diperbaiki dan dipertahankan.
“Saat ini kita akan terus menjaga pertumbuhan ekonomi kita di atas 5 persen dengan defisit APBN yang terus dijaga turun,” ujarnya.
Dikatakannya, pemerintah juga terus berupaya menjaga stabilitas harga dan mendorong investasi, serta meningkatkan kegiatan ekspor.