Defisit Neraca Dagang RI Bulan April 2019 Cetak Rekor Terburuk Sepanjang Sejarah
Sebagai perbandingan, di bulan Maret lalu, neraca perdagangan mencatatkan surplus 0,54 miliar dollar AS.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seperti diperkirakan, neraca perdagangan Indonesia di bulan bulan April kembali mengalami defisit. Namun yang mengejutkan, besaran defisit neraca perdagangan ini mencapai angka tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) dalam laporan terbarunya menyebutkan, neraca perdagangan Indonesia bulan April mengalami defisit 2,5 miliar dolar AS karena dipicu oleh merosotnya ekspor nonmigas, berbarengan dengan impor yang tinggi.
Sebagai perbandingan, di bulan Maret lalu, neraca perdagangan mencatatkan surplus 0,54 miliar dollar AS.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pada April 2019 nilai ekspor tercatat sebesar 12,60 miliar dollar AS, angka tersebut menurun 10,8 persen jika dibandingkan dengan Maret 2019. Adapun nilai impor April 2019 tercatat sebesar 15,10 miliar dollar AS. Angka tersebut meningkat 12,25 persen.
"Posisi neraca perdagangan bulan per bulan dapat dilihat defisit sebesar 2,5 miliar dollar AS berasal dari defisit migas sebesar 1,49 miliar dollar AS dengan catatan (hasil) migasnya positif dan non migas 1,01 miliar dollar AS. Kami berharap neraca persagangan ke depan akan membaik," ujar Suhariyanto.
Angka defisit ini merupakan yang tertinggi sejak Juli 2013. Suhariyanto mengatakan, pada Juli 2013 angka defisit neraca perdagangan mencapai 2,33 miliar dollar AS.
Baca: Waspadai Penularan Penyakit Cacar Monyet, Kenali Gejalanya dan Trik Pencegahannya
Secara kumulatif sepanjang Januari hingga April 2019 neraca perdagangan tercatat defisit 2,56 miliar dollar AS.
Defisit tersebut berasal dari defisit non migas sebesar 2,7 miliar dollar AS lantaran adanya defisit hasil minyak. Sementara, untuk defisit non migas mengalami surplus 247 juta dollar AS.
Baca: Kisah Tentang Suradi, Pengangguran Yang Punya Warisan Lahan 2000 M2 untuk Kolam Ikan dan Lobster
Walaupun demikian, Indonesia masih mencatatkan surplus neraca perdagangan dengan beberapa negara, seperti Amerika Serikat, India, serta Belanda.
Sementara untuk China, Thailand, juga Jepang Indonesia mencatatkan defisit perdagangan. "Defisit neraca perdagangan Indonesia dengan China cukup tinggi, mencapai 7,1 miliar dollar AS," ujar Suhariyanto.
Tanggapan BI,
Terkait tingginya defisit neraca perdagangan ini, Bank Indonesia menilai semakin dalamnya defisit lebih disebabkan faktor eksternal di mana ekonomi dunia melambat.
"Neraca perdagangan April 2019 banyak dipengaruhi pertumbuhan ekonomi global yang melambat dan harga komoditas ekspor Indonesia yang menurun," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dalam keterangan tertulis, Rabu (15/5/2019).
Turunnya harga komoditas ekspor secara otomatis menurunkan kinerja ekspor Indonesia.
Onny menyatakan, penurunan ekspor nonmigas terutama terjadi pada komponen perhiasan/permata, lemak dan minyak hewani/nabati, serta bahan bakar mineral.
Di sisi lain, angka impor nonmigas Indonesia meningkat 0,93 miliar dollar AS menjadi 12,86 miliar dollar AS dibandingkan impor bulan sebelumnya.
Penulis : Mutia Fauzia/Ambaranie Nadia Kemala Movanita
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Defisit Neraca Perdagangan Capai 2,5 Miliar Dollar AS