Soal Impor Migas Tinggi, Menkeu : Produksi Turun, Permintaan Tinggi
Sampai semester pertama 2019, produksi migas di dalam negeri di bawah asumsi awal dan secara kuantitatif mengalami penurunan.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Tingginya impor minyak dan gas (migas) membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegur Menteri ESDM Ignasius Jonan dan Menteri BUMN Rini Soemarno, dalam rapat kabinet paripurna di Istana Bogor, Senin (8/7/2019).
Menteri Keuangan Sri Mulyani yang turut hadir dalam rapat tersebut menjelaskan, sampai semester pertama 2019, produksi migas di dalam negeri di bawah asumsi awal dan secara kuantitatif mengalami penurunan.
"Tahun ini juga kebetulan kurs maupun harga minyak lebih rendah, jadi penerimaan kita dari sisi migas mengalami penurunan, namun kebutuhan di dalam negeri itu meningkat," tutur Sri Mulyani di Istana Bogor.
Baca: Kata Robert Alberts Soal Konflik Suporter Persija dan Persib
Baca: 11 Hal Penting yang Harus Diperhatikan Ketika Pertama Kali Naik Pesawat
Baca: Persebaya Vs Barito Putera: Bek Tangguh Bajul Ijo Terancam Absen, Tak Tampak Saat Latihan
Baca: Eks Striker Persib Girang Cetak Gol ke Gawang PSCS Cilacap
Menurutnya, untuk menekan tingginya impor migas maka diperlukan strategi dari hulunya, misalnya menemukan sumur-sumur baru agar produksi di dalam negeri menjadi meningkat.
"Kemudian gas juga sama dalam hal ini dan juga untuk kebutuhan-kebutuhan dalam negeri apakah bisa ada subtitusinya seperti B20 implementasinya seperti apa," paparnya.
Tingginya impor migas, kata Sri Mulyani, berdampak kepada neraca perdagangan yang mengalami defisit. Sehingga, ke depan diperlukan kerjasama dari seluruh kementerian untuk menggenjot ekspor dengan mendetailkan komoditas dan negara tujuannya.
"Jadi untuk 2019 ini tentu kita berharap di semester kedua, apalagi dari saya menyampaikan laporan semester satu dari APBN, terlihat bahwa dari sisi external balance-nya yaitu ekspor impor itu mengalami pelemahan dan itu berkontribusi kepada pelemahan ekonomi kita di dalam negeri juga," tuturnya.
"Sehingga membutuhkan perhatian dari seluruh kementerian dan lembaga untuk memacu perdagangan terutama ekspor dan untuk menjaga subtitusi impor tetap terbangun lah dalam hal ini," sambung Sri Mulyani.
Sebelumnya, Presiden Jokowi dalam memaparkan data ekspor-impor Januari-Mei 2019, secara khusus menegur Jonan dan Rini agar ke depan mencermati nilai impor yang sangat tinggi akibat pembelian migas.
"Hati-hati di migas pak Menteri ESDM yang berkaitan dengan ini, bu Menteri BUMN yang berkaitan dengan ini, karena ratenya yang paling banyak ada di situ (impor migas)" tutur Jokowi.
Diketahui, nilai ekspor Indonesia Januari-Mei 2019 mencapai 68,46 miliar dolar AS atau turun 8,61 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Demikian juga ekspor non migas mencapai 63,12 miliar atau turun 7,33 persen.
Khusus impor migas pada Mei 2019 mencapai 2,09 miliar atau turun 6,41 persen dibandingkan April 2019. Demikian pula jika dibandingkan Mei 2018
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.