Nadiem Makarim Ceritakan Perjalanan Gojek Mulai dari Call Center Hingga Bergelar Decacorn
"Enggak ada yang danai jadi bersusah-susah pinjam uang dari teman, keluarga. Saya kerja di tempat lain untuk cari nafkah
Penulis: Ria anatasia
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pada April 2019, Gojek menjadi startup Indonesia pertama yang menyandang gelar startup Decacorn dengan valuasi senilai 10 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Founder sekaligus CEO Gojek Group Nadiem Makarim menceritakan perjalanan panjang Gojek untuk menggapai pencapaian tersebut pada acara peluncuran logo baru Gojek 'Solve' di kantor Gojek, Pasaraya Blok M, Jakarta, Senin (22/7/2019).
Nadiem mengungkapkan saat awal berdiri pada 2010, Gojek hanya menyediakan layanan ojek motor yang menghubungkan penumpang dengan mitra pengemudi lewat call-center.
Baca: Jatuh Bangun Nadiem Makarim Bangun Gojek
Baca: Solv, Logo Terbaru Gojek Simpel dan Penuh Makna
Saat itu, mitra pengemudi Gojek baru sebanyak 20 pengemudi.
"Luas kantornya 5x7 meter persegi. Waktu itu belum punya teknologi, pendanaan yang cukup. Adanya call center Gobiz cari driver ada di mana kisarannya jadi masih manual pakai telepon nanti CS bilang oke tunggu bentar ditutup ditelepon drivernya," kata Nadiem.
Selama tiga hingga empat tahun, Nadiem bersama co-foundernya, Kevin Aluwi berusaha untuk mencari investor. Proses pencarian dana itu pun tak berjalan mulus.
"Enggak ada yang danai jadi bersusah-susah pinjam uang dari teman, keluarga. Saya kerja di tempat lain untuk cari nafkah dan tombokin gojek," cerita Nadiem.
Baca: Gojek Luncurkan Logo Baru Solve Buat Semua Jenis Layanan
Hingga pada 2015, Nadiem meluncurkan Gojek berbasis aplikasi.
Startup itu mendapatkan suntikan dana dari sejumlah investor, seperti Sequoia Capital India, DST Global, dan Openspace.
"Jadi kalau ditanya apa kebayang Gojek akan jadi seperti sekarang, jawaban saya pasti tidak ada dugaan sama sekali," ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kevin menjelaskan, kini Gojek telah bermitra dengan lebih dari dua juta mitra pengemudi, 400 ribu mitra merchant, dan 60 ribu penyedia jasa di Asia Tenggara.
Bahkan, data sejak Juni 2016 hingga Juni 2019 menunjukkan jumlah transaksi yang diproses dalam platform Gojek melesat sebanyak 12 kali lipat.