Menperin Airlangga: Uni Emirat Arab Bakal Investasi Rp 35 Trilun di Industri Petrokimia
pertumbuhan industri tersebut akan berkontribusi pada peningkatan kapasitas produksi guna mengisi pasar domestik dan ekspor
Penulis: Ria anatasia
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, pihaknya tengah gencar mengundang investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia, termasuk di industri petrokimia.
Menurutnya, pertumbuhan industri tersebut akan berkontribusi pada peningkatan kapasitas produksi guna mengisi pasar domestik dan ekspor serta menghasilkan substitusi produk impor.
“Selama dua pekan terakhir ini, kami aktif berdiskusi dengan para investor asing yang berminat untuk mengembangkan industri petrokimia di dalam negeri,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangannya, Jumat (2/8).
“Contohnya, industri petrokimia, sektor hulu yang berperan strategis dalam menunjang berbagai kebutuhan produksi di sejumlah manufaktur hilir,” ungkapnya.
Airlangga menyebutkan, pihaknya telah melakukan pertemuan dengan Menteri Energi dan Industri Uni Emirat Arab (UEA) Suhail Mohamed Faraj Al Mazrouei. Pada kesempatan itu dibahas rencana investasi perusahaan asal UEA, Mubadala.
Baca: Viar Sewakan Skutik Listrik Al New Q1 via Aplikasi GoWes
“Mereka mau bergabung dalam pengembangan industri petrokimia bersama PT Chandra Asri Petrochemical dalam Proyek CAP 2,” ujarnya.
Airlangga mengatakan, Mubadala berkomitmen akan melakukan investasi sebesar 2,5 miliar dolar AS atau Rp 35 triliun (kurs Rp. 14.000 per dolar AS).
Nilai investasi ini merupakan setengah dari total nilai investasi yang diperlukan untuk mengembangkan fasilitas baru yang akan memproduksi olefin dan polyolefin, yang diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan baku.
Selain Mubadala, lanjutnya, China Petroleum Corporation (CPC) Taiwan juga berencana menggelontorkan dananya di Indonesia melalui kerja sama dengan PT Pertamina (persero).
Saat ini, pemerintah menunggu tindak lanjut negoisasi kedua perusahaan tersebut untuk pengembangan komplek industri petrokimia terpadu di Balongan, Indramayu, Jawa Barat.
“Kami masih menunggu pembicaraan business to business (b-to-b) antara Pertamina dan CPC. Investasi mereka sekitar 8,62 miliar dolar AS,” imbuhnya.
Airlangga optimistis, dengan nanti beroperasinya sejumlah pabrik petrokimia skala raksasa di Tanah Air, bakal mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik yang besar.
“Saat ini, industri di Indonesia menyerap produk petrokimia dan turunannya sebanyak lima juta ton per tahun. Jumlah ini terus tumbuh. Pabrik-pabrik itu akan beroperasi secara bertahap. Mereka baru selesai sekitar tahun 2023-2025. Dengan demikian, industri petrokimia kita bisa tumbuh lebih baik lagi,” tutur dia.