Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Ada Wacana soal Tax Amnesty Jilid II, Rizal Ramli: Pertama Gagal Total, yang Ini Konyol

Menurut Rizal Ramli, program tax amnesty sudah terbukti gagal dan sudah dirasakan negara lain.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
zoom-in Ada Wacana soal Tax Amnesty Jilid II, Rizal Ramli: Pertama Gagal Total, yang Ini Konyol
Reynas Abdila
Ekonom senior Rizal Ramli dalam diskusi di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Senin (12/8/2019). 

Lebih jauh, Rizal menyebut pemerintah selalu berdalih faktor eksternal menjadi perlambatan ekonomi.

Namun yang terjadi faktanya bahwa trade war tidak selalu membuat pertumbuhan ekonomi negatif.

“Negara lain malah menarik manfaat kok dari trade war. Contohnya Myanmar, Vietnam, dan Thailand mereka bisa surplus, sementara kita tidak biasa mengantisipasi faktor eksternal,” ujar Rizal Ramli.

Perang Dagang jadi Momok

Bank Indonesia mengatakan, ketidakpastian ekonomi global terutama terkait perang dagang antara AS-China masih memberi dampak negatif kepada perekonomian negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

Hal tersebut berdampak pada pertumbuhan ekonomi, kinerja ekspor hingga investasi yang melambat.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyebutkan, pada masa kejayaannya investasi RI bisa tumbuh 7-8 persen. Namun di kuartal II 2019 ini hanya tumbuh 3,07 persen.

Berita Rekomendasi

"Jadi masalah di semua negara berkembang yang terkena dampak trade war, volatilitas di pasar keuangan, serta melambatnya turunnya proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia di ekspor. Ini dialami di banyak emerging markets termasuk Indonesia," ujar Dody di Gedung BI, Jakarta, Senin (12/8/2019).

Selain itu, pertumbuhan investasi yang rendah juga diakibatkan oleh perlambatan ekspor yang berdampak pada pengurangan produksi.

"Dengan ekspor melambat permintaan produksi berkurang dan otomatis investasi berkurang dan akan menurunkan pendapatan devisa ekspor," jelas Dody.

"Kemudian menurunkan pendapatan yang berakhir kepada konsumsi yang tidak akan setinggi dari yang diperkirakan," imbuhnya.

Logo Bank Indonesia
Bank Indonesia

Dia berharap ke depannya investasi tak hanya didorong melalui policy atau kebijakan bank sentral.

Salah satu yang diupayakan BI adalah memperkuat sektor manufaktur unggulan, antara lain tekstil, otomotif, dan alas kaki.

"Artinya semua negara akan tumbuh dan akan lebih baik dari tahun sebelumnya. Cuma tidak optimal seperti yang seharusnya. Itu yang tercermin dari outlook pertumbuhan dunia yang dikoreksi ke 3,2 persen," pungkasnya. (Ria/ Tribunnews.com)

Baca: Imbas Perang Dagang, Rupiah Melemah ke Level Rp 14.223 per Dolar AS

Tren menurun

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas