Pedagang Pakaian Muslim Pasar Tanah Abang Ngaku Jualan Makin Susah, Padahal Harga Tak Dinaikkan
Pedagang pakaian di Pasar Tanah Abang mengeluhkan jualan barang dagangan sekarang semakin susah karena daya beli masyarakat menurun.
Editor: Y Gustaman
Laporan wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri tekstil sedang mengalami kelesuan, khususnya di Pasar Tanah Abang.
Pedagang mengeluhkan jualan barang dagangan sekarang semakin susah karena daya beli masyarakat menurun.
Sunardi (62 tahun), pedagang baju muslim mengatakan, kondisi sekarang bahkan lebih buruk dari tahun lalu.
Selama 12 tahun berdagang pakaian, Sunardi mengungkapkan krisis global 2008 tidak separah sekarang.
Saat itu daya beli masyarakat masih terjaga, didukung naiknya harga komoditas.
"Situasi saat ini, komoditas perkebunan suram di Sumatera. Pesanan dari luar kota sepi, grosiran turun dari Palembang," ungkap Sunardi, Kamis (5/9/2019).
"Dulu harga sumber daya alam bagus, uangnya untuk beli pakaian," ia menambahkan.
Berbagai cara sudah Sunardi lakukan, termasuk memberikan potongan harga. Tetap saja pembeli tetap tidak berminat.
Faktor pengaruh dari musiman anak masuk sekolah pun disebutnya tidak mengangkat omzet.
Sementara, para pedagang lama merasa penjualan online juga kurang berdampak signifikan.
"Kita tidak main di online, di Blok B itu tidak juga. Semuanya penjualan turun, semua ngeluh, ada yang salahkan pemerintah," kata Sunardi.
Sunardi mematok harga pakaian muslim di kisaran Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu atau sama seperti tahun lalu.
Semua produk dagangan yang dijualnya tersebut buatan lokal.
"Omzet turun 30%, padahal harga tidak dinaikkan, kebanyakan yang beli ibu-ibu. Lebaran Idul Adha kemarin juga penjualannya tidak bagus," beber dia.