BPTJ Genjot Pengembangan Hunian TOD di Wilayah Penyangga untuk Atasi Macet di Jakarta
Kepala BPTJ mengingatkan untuk membangun 53 titik TOD tersebut cukup berat karena butuh kerjasama dengan banyak pihak.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) bekerja sama dengan operator transportasi dan pengembang terus menggenjot pengembangan transit oriented development (TOD) di kawasan Jabodetabek.
Kepala BPTJ Bambang Prihartono mengatakan, saat ini ada setidaknya 53 titik di Jabodetabek yang potensial dikembangkan menjadi TOD (transit oriented development) yang lokasinya berdekatan atau terkoneksi langsung dengan sarana moda transportasi massal seperti kereta api, LRT, MRT dan transportasi bus Transjabodetabek.
Ke-53 TOD tersebut jika sudah terealisasi seluruhnya, diyakini akan mengubah pola pergerakan orang setiap harinya dari kebiasaan menggunakan kendaraan pribadi dan beralih ke transportasi publik.
Namun, Bambang mengingatkan untuk membangun 53 titik TOD tersebut cukup berat karena butuh kerjasama dengan banyak pihak.
Saat iini, baru sekitar 10 titik TOD yang sudah dan sedang dikembangkan di Jabodetabek.
Baca: PSIS vs Persebaya, Bajul Ijo Siap Mainkan Pemain Asing Baru Asal Brasil Eks Kalteng Putra
"Dua tahun lalu pergerakan orang baru mencapai 45 juta, tahun ini sudah mencapai 88 juta. Naik hampir 2 kali lipat. Kalau kita tidak percepat, Jakarta akan mengalami kemacetan," ujar Bambang di acara diskusi bertajuk 'Peran TOD sebagai Solusi Transportasi Masyarakat, Khususnya Jakarta Depok Bogor, di Podomoro Golf View (PGV), Selasa (17/9/2019).
Baca: Ada Banyak Kenangan Bersama Ashanty, Anang Hermansyah Rela Rumah Mewahnya Dijual
Bambang menyatakan, tugas BPTJ cukup berat, karena itu BPJT tidak bisa kerja sendirian. Kami tidak hanya mengurus pergerakan orang tapi juga angkutan barang.
"BPTJ punya peran mempercepat peralihan perpindahan orang, dengan mengubah gaya orang bepergian dari mengandalkan angkutan pribadi ke angkutan umum. Tantangannya memang cukup berat. Tugas BPTJ adalah bagaimana sinergikan angkutan dengan pengembang. Selama ini mereka autis, jalan sendiri-sendiri," ungkapnya.
Dia mencontohkan, TOD Podomoro Golf View yang saat ini dibangun di kawasan Cimanggis, Gunung Putri, Bogor, ada peran PT PPD bekerja sama dengan pengembang Agung Podomoro mengkoneksikan warga hunian TOD Podomoro Golf View ke Stasiun LRT.
Bambang menambahkan, fokus utama BPTJ saat ini adalah mengupayakan pergerakan orang dengan angkutan umum mencapai 60 persen dari total pergerakan orang. Karena itu, kota-kota penyangga di Jabodetabek dengan TOD-nya dapat berperan melalui dukungan untuk mengakomodir pergerakan masyarakat.
“Pergerakan masyarakat dapat diminimalisir dengan pengembangan kawasan yang berorientasi transit pada masing-masing kota penyangga,” ujar Bambang.
TOD Podomoro Golf View sendiri saat ini dikembangkan di atas lahan 60 ha yang terkoneksi langsung dengan jalur kereta LRT Jabodebek tahap I Jakarta – Bogor yang direncanakan melintasi 17 stasiun. Jalur LRT ini berikut stasiunnya kini dalam tahap konstruksi dan akan beroperasi pada tahun 2021.
TOD Gunung Putri
TOD Podomoro Golf View (PGV) merupakan sendiri merupakan bagian dari kawasan TOD yang masterplannya sedang dikembangkan Pemkab Bogor. TOD Podomoro resmi dimulai pada 21 April 2018.
Bupati Bogor Ade Yasin mengatakan, Pemkab Bogor mengembangkan 4 TOD di wilayahnya. Yakni TOD Gunung Putri yang mencakup pula PGV, lalu TOD Sentul, TOD Cibanon, dan TOD Susukan.
"TOD Susukan ini paling tinggi (kebutuhannya).
Ade Yasin mencontohkan, pergerakan warga Gunung Putri ke Bogor dan ke Jakarta setiap harinya mencapai kurang lebih 10.000 orang. Di wilayah Kabupaten Bogor itu ada 81 titik macet, 7 diantaranya berkategori akut, salah satunya di jalur Puncak,” ujarnya.
Direktur Agung Podomoro Land Paul Christian mengatakan, TOD PGV dirancang dengan mengutamakan kemudahan akses ke sarana transportasi.
"Kami ingin buat hunian yang terjangkau dengan aksesibilitas yang bagus. Saat itu kami belum tahu tentang konsep TOD. Kemudian kami coba cari tahu ke PT KAI, DAMRI dan lainnya. Kami ingin semua orang bisa menikmati kenyamanan dengan aksesibilitas tersebut. Kami kemudian bertemu Pak Bambang Prihantono dan dikenalkan dengan Dirut PPD untuk kemudian kita coba kembangkan konsep TOD. Saat itu kami awali di Central Park, Jakarta Barat," jelas Paul.
Dia menambahkan, untuk TOD PGV, dengan bantuan konsultan pihaknya kemudian memberanikan diri mengajukan TOD ke BPTJ dengan diiringi komitmen kuat kami dengan konsekuensi kami harus sediakan area park and ride.
"Kami percaya dan sangat yakin dengan perkembangan transportasi saat ini, suatu saat nanti orang akan prioritaskan trnsportasi publik sebagai pilihan utama daripada transportasi pribadi untuk menghindari macet," ujar Paul.
"Kami mendesain PGV ini dengan sarana transportasi yang memadai, dengan dukungan tempat tinggal, sekolah sampai tempat ibadah terpadu dalam satu kawasan yang lengkap dan nyaman. Hadirnya TOD ini membuat jarak dan waktu menjadi tidak masalah lagi," tandasnya.
Dia menambahkan, TOD PGV akan menjadi pilot project grup Agung Podomoro untuk mengembangkan TOD di tempat lain. "Setelah PGV ini kami masih memiliki lahan di Banten, di Bandung dan Bali untuk pengembangan kawasan intermoda TOD," ujarnya.
Direktur Utama PPD Pande Putu Yasa menyatakan, pihaknya akan segera membyka satu trayek baru bus Tranjabodetabek PPD ke bandara dari OD PGV.
"Ke depan basis armada kita bukan tidak mungkin berpindah ke bus listrik. Kita sudah jajaki ke China untuk bus listrik ini. Kita kembangkan konsep bus listrik shuttle yang terkoneksi dengan Depok dan Bogor dengan angkutan angkot. Dalam dua tiga tahun ke depan layanan shuttle PGV nanti kita siapkan bus listrik," ujar Putu Yasa.
Dia menambahkan, biaya investasi pengadaan bus listrik memang tidak murah. "Kita sudah pesan satu unit bus listrik buatan MAB kita segera uji coba untuk Transjakarta. Kita juga siapkan angkutan untuk transportasi sambil menunggu LRT jadi. Kita siapkan shuttle dari PGV menuju ke Plaza Cibubur," ujarnya.
Putu menambahkan, setiap 30 menit sekali kita akan bergerak melayani trayek Cibubur-TOD PGV.
"Saya berharap kerjasama dengan PGV tidak berhenti sampai di sini dan bisa berlanjut terus," ujar Putu Yasa.
jelaskan, pengembangan kota baru Podomoro Golf View merupakan salah satu cara pihaknya dalam mendukung pemerintah mengatasi kemacetan.
Di kawasan hunian terpadu yang dibangun itu, terdapat stasiun LRT, park and ride serta feeder untuk kendaraan umum.
“Kami siapkan area park and ride, daya tampungnya sekitar 600 unit kendaraan. Kami yakin, makin cepat LRT dioperasikan, makin cepat perpindahan orang dari kendaraan pribadi. Ini hanya soal waktu,” ujarnya.
Upaya lain untuk memecah pergerakan orang, kata Paul, adalah dengan menyediakan seluruh kebutuhan masyarakat di PGV, mulai dari pendidikan, kesehatan, wisata, dan sebagainya, sehingga diharapkan meminimalisir perjalanan ke luar kawasan.
“Jadi kami ajak trend ke depan seperti apa dengan menghadirkan PGV. Kawasan PGV ini diperkirakan akan dihuni sekitar 60 ribu jiwa,” imbuhnya.
Sementara Dirut Perum PPD Pande Putu Yasa mengatakan bahwa PPD telah menjalin kerja sama dengan PGV untuk menghadirkan layanan shuttle bus.
“Sembari tunggu LRT, kami kembangkan layanan dari PGV ke Jakarta maupun Cibubur. Setiap 15-30 menit mobil bergerak. Kebutuhan shuttle ini peliang besar. Untuk saat ini sudah beberapa yang jalan, sekitar 6 unit,” ujarnya.
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul TOD dan Transportasi Massal Diharapkan Jadi Solusi Kemacetan Jabodetabek, https://wartakota.tribunnews.com/2019/09/17/tod-dan-transportasi-massal-diharapkan-jadi-solusi-kemacetan-jabodetabek.
Penulis: Ichwan Chasani
Editor: Ichwan Chasani
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.