Perusahaan Digital Ubah Standar Pelaporan Keuangan
Kemenkeu menyatakan dengan adanya era digital serta munculnya perusahaan digital dan start-up, standar pelaporan keuangan harus diubah.
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan dengan adanya era digital serta munculnya perusahaan digital dan start-up, standar pelaporan keuangan harus diubah.
Sekretaris Jenderal Kemenkeu Hadiyanto mengatakan, tujuan perubahan tersebut
agar dapat meng-capture data atau nilai non keuangan yang dimiliki perusahaan digital.
Baca: BPJS Kesehatan: JKN-KIS Tanggung Penderita Gangguan Jiwa Agar Tidak Ada Joker-Joker Lainnya
Baca: Rupiah Ditutup Menguat di Level Rp 14.162 per Dolar AS
"Nilai non keuangan ini agar dapat terefleksi dalam laporan keuangan sebagai alat pengambil keputusan," ujarnya di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (8/10/2019).
Hadiyanto menjelaskan, perusahaan digital saat ini dihargai mahal oleh investor, padahal masih belum mencatatkan keuntungan.
"Pertanyaannya, mengapa investor bereaksi negatif terhadap kerugian laporan keuangan untuk perusahaan industri, tapi mengabaikan kerugian tersebut untuk perusahaan digital?" katanya.
Fakta tersebut, lanjut Hadiyanto, menunjukkan dibutuhkan reformasi pada standar pelaporan keuangan, antara lain dengan melakukan penyesuaian dalam mekanisme pelaporan.
"Khususnya dalam penilaian, pengukuran dan pengakuannya terhadap aset tak berwujud. Selain itu, juga melakukan penambahan atau supplement terhadap pelaporan keuangan dengan menambahkan informasi non keuangan yang terintegrasi," tuturnya.
Sebelumnya pada 2018, New York Times melaporkan bahwa nilai Uber ketika IPO pada saat itu diperkirakan antara 48 miliar dolar AS hingga 70 miliar dolar AS, meski Uber melaporkan kerugian selama dua tahun terakhir.
Selanjutnya, Twitter melaporkan kerugian 79 juta dolar AS sebelum IPO, namun pada saat IPO tahun 2013 diperkirakan nilainya 24 miliar dolar AS dan selama empat tahun berikutnya Twitter terus melaporkan kerugian.
Sebaliknya, harga saham raksasa industri General Electric telah turun 44 persen dibanding tahun lalu, akibat GE melaporkan berita kerugian pertamanya dalam 50 tahun terakhir.