Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Cerita Maskapai Garuda Indonesia yang Pernah Nyaris Bangkrut

Sebagai BUMN, nasib bisnis Garuda Indonesia tak luput dari pasang surut pergantian rezim pemerintah

Editor: Sanusi
zoom-in Cerita Maskapai Garuda Indonesia yang Pernah Nyaris Bangkrut
TRIBUN/HO
Pesawat Airbus A330-900 Neo yang merupakan armada baru Garuda Indonesia diperkenalkan di Garuda Maintenance Facility, Tangerang, Banten, Rabu (27/11/2019). Maskapai Garuda Indonesia mulai mengoperasikan pesawat baru berbadan lebar (wide body) Airbus A330-900 NEO, yang merupakan bagian dari revitalisasi armada di Garuda Indonesia Group. TRIBUNNEWS/HO 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Garuda Indonesia Tbk (Persero) belakangan jadi sorotan publik. Ini setelah Menteri BUMN Erick Thohir melakukan bersih-bersih di Garuda buntut kasus penyelundupan moge Harley Davidson dan sepeda Brompton yang dilakukan direksinya.

Sebagai maskapai flag carrier, Garuda Indonesia memiliki catatan sejarah panjang. Bahkan sejak perang kemerdekaan, saat pesawat jenis Dakota RI-001 Seulawah disumbangkan rakyat Aceh jadi armada pertama Garuda.

Baca: Pergantian Direksi Garuda Dilakukan pada Pertengahan Januari 2020

Baca: Curhat Pramugari Garuda Indonesia Soal Jam Kerja, Sampai Opname, Bersyukur Ari Askhara Dipecat

Baca: IKAGI Laporkan Penindasan Ari Askhara ke Erick Thohir, Paling Sengsara hingga 8 Orang Ambruk!

Sebagai BUMN, nasib bisnis Garuda Indonesia tak luput dari pasang surut pergantian rezim pemerintah.

Seperti diberitakan Harian Kompas, 26 Januari 1999, badai krisis moneter dan tahun-tahun setelahnya jadi masa-masa paling pelik yang dialami perusahaan ini. Perusahaan bahkan hampir bangkrut lantaran beban utang yang terlampau berat.

Utang yang menggunung ini diperparah dengan kinerja keuangan yang buruk dan banyaknya praktik korupsi, kolusi dan nepotisme ( KKN). Ibaratnya, untuk bernafas pun sulit.

Menteri Pendayagunaan BUMN saat itu, Tanri Abeng, sampai turun gunung mencurahkan banyak perhatian, supaya perusahaan negara itu jadi prioritas pertama untuk diselamatkan.

Tunjuk Robby Djohan jadi dirut

Berita Rekomendasi

Langkah pertama yang dilakukannya yakni menunjuk Robby Djohan di pucuk pimpinan Garuda.

"Begitu saya duduk di sini, langsung saya tahu bahwa Garuda Indonesia harus diberi prioritas utama dari BUMN-BUMN lainnya. Kalau tidak, Garuda akan collapse. Mungkin tiga atau empat bulan," tutur Tanri Abeng saat itu.

Hingga Agustus 1998, utang Garuda masih tercatat Rp 828 miliar ditambah 377 juta dollar AS kepada 50 bank pemerintah dan asing. Bila kurs dollar Rp 10.000, berarti total utangnya berkisar Rp 4,6 triliun.

Sedang piutangnya hanya Rp 2,7 triliun, berasal dari piutang agen/ tiket, allowance para vendor dan penggunaan jasa Garuda Maintenance Facility (GMF).

Keadaan jadi lebih gawat lagi mengingat sebagian besar pengeluaran dan investasi jangka panjangnya, dibiayai dengan pinjaman jangka pendek. Dari utang tersebut, hanya Rp 346 miliar dan 53 juta dollar AS tercatat sebagai utang jangka panjang Garuda.

BUMN ini harus gali lubang tutup lubang mencari utang jangka panjang untuk menutupi utang jangka pendeknya. Namun dalam kondisi di mana krisis kepercayaan dipertanyakan, sulit kiranya untuk memperoleh utang yang dicari tersebut.

Terkejut Garuda untung Rp 200 miliar

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas