Jika Timur Tengah Porak Poranda, Pengamat: Kita Mau Ekspor Kemana Lagi ?
Jika eskalasi ketegangan antara AS-Iran meningkat, tentunya Timur Tengah akan terdampak dan ini bukan sinyal yang baik bagi Indonesia.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meningkatnya eskalasi ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran, dipandang sebagai hal yang akan berdampak negatif bagi perekonomian Indonesia.
Pengamat Ekonomi INDEF Bhima Yudhistira mengatakan bahwa dampak jangka panjangnya akan berpengaruh pada kinerja ekspor di sektor riil yang diprediksi semakin sulit.
Seperti produk olahan pertanian, peternakan hingga tekstil yang diekspor ke Timur Tengah.
Jika eskalasi ketegangan antara AS-Iran meningkat, tentunya Timur Tengah akan terdampak dan ini bukan sinyal yang baik bagi Indonesia.
"Pasar non tradisional, misalnya Timur Tengah yang prospeknya masih besar bagi Indonesia jadi porak poranda karena perang. Kita mau ekspor ke mana lagi?," ujar Bhima, kepada Tribunnews, Kamis (9/1/2020).
Menurut data yang dimiliki Badan Pusat Statistik (BPS) total perdagangan antara Indonesia-Iran mencapai USD 715,4 juta pada 2018.
Baca: Donald Trump Salahkan Obama soal Rudal Iran
Jika dibandingkan pada 2017, angka ini mengalami peningkatan sebesar 6,8 persen.
Dengan rincian capaian ekspor Indonesia ke Iran tercatat sebesar USD 296,4 juta, sedangkan impor dari Iran mencapai angka USD 419 juta.
Perlu diketahui, eskalasi ketegangan antara AS-Iran meningkat pasca AS melakukan serangan drone ke wilayah Irak, tepatnya di luar Bandara Internasional Baghdad, menewaskan Jenderal pasukan elite 'Quds' Iran Qassem Soleimani pada Jumat lalu.
Peristiwa ini pun membuat Iran berduka dan marah, negara ini bersumpah akan melakukan balas dendam ke AS.
Kemudian pada Rabu dini hari waktu Iran, Iran pun akhirnya meluncurkan rudal balistiknya yang menargetkan dua pangkalas AS di Irak sebagai tanda ancaman kepada AS.
Diserang, Presiden AS Donald Trump akhirnya menyerukan bahwa AS pun akan melakukan serangan balasan terhadap negara Timur Tengah tersebut.