BPS: Industri Manufaktur Mikro-Kecil Lebih Lincah Ketimbang yang Besar
“Industri pencetakan dan reproduksi media rekaman jumlah produksi naik ini karena adanya momentum Pemilu,” ujar Kepala BPS Suhariyanto
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang (IBS) melambat 4,01 persen di 2019 dibandingkan tahun sebelumnya di 4,07 persen.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, industri manufaktur besar dan sedang tumbuh tipis dan pertumbuhannya ditopang oleh industri pencetakan dan reproduksi media rekaman sebesar 19,58 persen, disusul industri pakaian jadi (18,51 persen), industri minuman (17,11 persen), industri furnitur (6,63 persen), dan industri pengolahan (6,42 persen).
“Industri pencetakan dan reproduksi media rekaman jumlah produksi naik ini karena adanya momentum Pemilu,” ujar Suhariyanto di Gedung BPS, Jakarta, Senin (3/2/2020).
Industri manufaktur besar yang mengalami penurunan produksi di antaranya industri barang logam (turun 18,49 persen), industri karet dan plastik (14,71 persen), jasa reparasi (11,57 persen), hingga industri kayu (10,33 persen).
Baca: Neraca Dagang Indonesia Defisit 3,2 Miliar Dollar AS
Sebaliknya, produksi industri manufaktur mikro dan kecil pada 2019 justru lebih lincah dengan pertumbuhan tercatat 5,80 persen naik dari tahun sebelumnya.
Baca: BPS Catat Inflasi 2019 Terendah Dalam Sejarah 20 Tahun Terakhir
Kenaikan terbesar terjadi pada industri komputer, barang elektronika, optik sebesar 22,03 persen, industri minuman 8,57 persen.
“Tingkat provinsi tang mengalami pertumbuhan tertinggi produksi industri manufaktur mikro dan kecil adalah Sulawesi Barat,” ujar Suhariyanto.