Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

TOTO Ubah Strategi, Garap Ceruk Pasar Menengah ke Bawah

Produk segmen bawah banyak dijual ke daerah-daerah di Indonesia yang belum terjamah produk sanitary

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in TOTO Ubah Strategi, Garap Ceruk Pasar Menengah ke Bawah
istimewa
Produsen keramik sanitary di Indonesia yang memiliki afiliasi jaringan internasional, PT Surya Toto Indonesia merubah strategi bisnisnya dengan menyasar ceruk pasar menengah ke bawah. 

Setelah resmi melakukan proses produksi dari tahun 1991, kini PT Surya Toto Indonesia (TOTO) telah memiliki lebih dari 3000 dealer yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia.

TOTO juga telah memiliki 3 pabrik di Indonesia yang berada di Serpong, Balaraja, dan Surabaya.

Hingga saat ini, pabrik TOTO di Balaraja menjadi yang terluas dan terbesar dengan memiliki lebih dari 27 hektare (ha) dan memiliki 8 lini produksi.

Hampir 95 persen produk TOTO yang terjual di pasaran diproduksi di pabrik Balaraja.

Kian Kompetitif

Saat ini Persaingan pasar industri keramik sanitary di dalam negeri dinilai semakin kompetitif dengan adanya pemain-pemain baru di industri ini, baik yang berinvestasi di Indonesia maupun yang melakukan import. 

Padahal, industri keramik sanitary di Indonesia sedang lesu dikarenakan rendahnya serapan lokal. 

Berita Rekomendasi

Data  Asosiasi Industri Keramik Indonesia (Asaki), penurunan permintaan keramik sanitary dirasakan sejak akhir 2107. 

Sebelumnya, produksi diserap pasar domestik sebesar 70 persen dan untuk ekspor sebesar 30 persen, tetapi sekarang porsi serapan lokal hanya sebesar 55 persen dan sisanya ekspor. 

Perlambatan sektor properti di Indonesia disebut sebagai "dalang" menurunnya serapan keramik sanitary.

Selain itu, banyak pengembang properti dan juga konsumen, masih menganggap sanitary impor kualitasnya lebih baik dibandingkan produksi dalam negeri, terutama untuk segmen menengah ke atas.

Padahal, pabrikan yang ada di Indonesia memiliki standar internasional yang kualitasnya tidak kalah dengan produk impor.

Tak hanya itu, masih belum terbitnya standar nasional Indonesia (SNI) untuk produk wastafel juga digadang menjadi hambatan bagi produsen dalam negeri untuk bisa bersaing dengan produk impor.

Saat ini, untuk keramik sanitary baru ada SNI untuk kloset duduk dan diberlakukan secara wajib, sedangkan untuk produk lavatory atau wastafel belum ada aturan mengenai standar kualitas. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas