Analisis Dampak Penurunan Harga Gas Industri, Sebastian: Kinerja Saham PGN Akan Tertekan
Sebastian menjelaskan, investor bursa yang memiliki saham PGN di pasar bursa akan mengalami banyak kerugian.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Riset Trimegah Sekuritas Sebastian Tobing menganalisis dampak penurunan harga gas industri yang rencananya akan diturunkan ke kisaran USD 6 per Million British Thermal Unit (mmbtu) pada April mendatang.
Dia menyoroti hal itu dari sisi kinerja saham perusahaan publik yang tercatat di bursa saham seperti PGN yang dia nilai akan mengalami tekanan besar atas penurunan harga tersebut.
“Perlu dipahami bahwa korelasi antara indeks harga saham, di mana PGN sebagai perusahaan publik (terbuka) dengan investasi langsung dari luar negeri (Foreign Direct Investment/FDI) sangat tinggi,” kata dia ke Tribunnews.com, Jumat (7/2/2020).
Sebastian menjelaskan, investor bursa yang memiliki saham PGN di pasar bursa akan mengalami banyak kerugian.
Kondisi ini akan sangat memengaruhi investor saham yang memiliki saham disejumlah BUMN lainnya.
“Para investor butuh kepastian investasi, baik investasi secara langsung atau yang melalui pasar bursa dan sebagainya. Ini logika sederhana, jika pemerintah saja bisa memerlakukan BUMN secara semena-mena dengan memangkas keuntungan badan usaha, bagaimana dengan swasta?” ujar dia.
Sebastian bercerita, tahun lalu ketika PGN akan menaikkan harga jual gas industri, perseroan telah memberi tahu kalangan industri beberapa bulan sebelumnya.
“Ironisnya, sehari sebelum pelaksanaan kenaikan harga, pemerintah langsung membatalkan rencana kenaikan harga tersebut,” terang dia.
Dia menambahkan, di satu sisi bukan jaminan pula jika harga gas industri diturunkan maka industri akan langsung tumbuh dengan pesat.
“Tidak ada yang bisa jamin jika harga gas industri turun maka otomatis industri akan meningkat,” jelas Sebastian.
Terkait soal analisis perkembangan saham emiten berkode PGAS ini, Sebastian memberikan sebuah ilustrasi. Saat ini spread rata-rata harga gas PGN adalah USD 2,32 per MMBTU.
“Jika spread-nya diturunkan menjadi USD 2 per MMBTU, maka pada tahun ini EBITDA perseroan akan turun menjadi USD 914 juta, lalu laba bersih hanya USD 187 juta, dan target harga (target price/TP) saham PGN akan turun menjadi Rp 1.500 per lembar saham,” kata Sebastian.
Spread adalah selisih antara harga beli gas dengan harga jual gas. Kondisi PGN akan terus tertekan jika spread-nya menjadi USD 1,5 per MMBTU.
“EBITDA-nya akan turun lagi menjadi USD 749 juta, laba bersih USD 91 juta, dan TP menjadi Rp 800 per lembar saham,” jelasnya.
Sebastian memastikan, jika spread PGN kembali terkoreksi menjadi di bawah USD 1 per MMBTU maka Price Earning/PE (analisis fundamental yang menggambarkan seberapa besar investor menilai/menghargai suatu saham) dapat tinggal satu digit dan saham PGAS bisa terjun bebas di level Rp 460 per lembar saham.