Gebrakan Erick Thohir di BUMN Dapat Pujian Sekaligus Diminta Hati-hati
Namun, Erick diminta tetap berhati-hati terutama soal pola penyampaian dan cara komunikasi kepada publik
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR RI Mufti Anam memuji Menteri BUMN Erick Thohir atas gebrakannya melakukan pembenahan di BUMN belakangan ini.
Namun, Erick diminta tetap berhati-hati terutama soal pola penyampaian dan cara komunikasi kepada publik.
Baca: Erick Thohir Bakal Bubarkan 5 Anak Usaha Garuda, Termasuk Garuda Tauberes
“Kami salut gebrakan Pak Erick Thohir. Tapi juga harus sensitif pasar, pola komunikasinya diperbaiki. Misalnya, soal heboh Telkom kemarin. Yang kemudian di pasar itu seolah-olah ada framing bahwa Telkom akan dibubarkan, karena ada kutipan Pak Erick, ‘Mendingan enggak ada Telkom’,” ujar Mufti dalam pernyataannya, Kamis (20/2/2020).
Menurutnya, pernyataan Erick itu sempat mendapat reaksi negatif pasar modal.
Harga saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) langsung susut.
Saat Erick mengeluarkan pernyataan itu, saham Telkom masih di harga Rp 3.820 per lembar.
Besoknya langsung anjlok 2,3 persen, lusanya anjlok lagi 2,4 persen, tiga hari kemudian anjlok lagi 0,8 persen.
Kemarin harganya Rp 3.620 per lembar.
Baca: Erick Thohir Targetkan 'Perang' 17 BUMN akan Tuntas dalam 100 Hari
“Kapitalisasi pasar Telkom hilang hampir Rp 20 triliun karena penurunan nilai sahamnya. Padahal, di situ ada saham Indonesia 52%. Belum lagi dana investor publik seperti Dana Pensiun BUMN yang ditempatkan di saham Telkom. Juga ada investor ritel rakyat Indonesia yang menjerit karena harga saham Telkom yang dimilikinya jatuh,” jelasnya.
“Pak Erick ini kan orang pasar, juga punya perusahaan yang tercatat di bursa saham. Alangkah baiknya jika langkah perbaikan digenjot dari internal BUMN. Silakan gebrak-gebrak meja di depan direksi Telkom, itu tak masalah. Tapi jangan bombastis di depan media. Kalau perusahaan terbuka, apalagi tercatat di bursa luar negeri seperti Telkom, begitu ada pernyataan dari regulator seperti Pak Erick, tentu pasar sangat sensitif,” pungkas Mufti. (Willy Widianto)