Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Ekonom Dradjad Wibowo Ingatkan Tanpa Wabah Corona Pertumbuhan Ekonomi Tetap Menurun

Ia mengingatkan bagaimana pelaku usaha percaya, pemerintah bisa memberi insentif fiskal dan sebagainya jika mereka malah

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Ekonom Dradjad Wibowo Ingatkan Tanpa Wabah Corona Pertumbuhan Ekonomi Tetap Menurun
ISTIMEWA
Dradjad Wibowo 

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA-Ekonom Dradjad Hari Wibowo meyakini,tanpa wabah coronavirus (covid-19), pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan melambat di bawah 5%. Sebagian besar ekonom yakin, ia memastikan target pertumbuhan 5,3% dalam APBN 2020 akan meleset.

Dengan wabah covid-19, jelad ekonomi makin melambat lagi. Negara tetangga seperti Singapura sudah memangkas proyeksi pertumbuhannya dari 1,5% dengan selang 0,5-2,5%, menjadi 0,5% dengan selang -0,5 s/d 1,5%," ungkap Dradjad, Jumat (21/2/2020).

Baca: Indonesia Bisa Jadi Pendorong Praktek Ekonomi Sirkular di Dunia

"Ini pemangkasan yang sangat signifikan karena mencapai 2/3 dari proyeksi awal. Lebih signifikan lagi, Singapurae memasukkan resesi ke dalam skenarionya," lanjut salah seorang ekonom senior indef ini lagi.

Dradjad mempertegas, pemerintah Indonesia belum melakukan revisi asumsi APBN 2020. Menurutnya, revisi perlu dilakukan karena asumsi pertumbuhan APBN diyakini bakal meleset. 

Baca: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terganggu Virus Corona

"Mari kita lihat dua skenario. Pertama, Indonesia sama sekali tidak terkena wabah covid-19. Indonesia terkena dampak langsung melalui perdagangan dengan China. Hingga september 2019, impor Indonesia dari China sktr USD 32,3 milyar, dng ekspor USD 18,4 milyar," ujarnya.

"Nilai tahunannya sekitar USD 43-45 milyar impor dan USD 23-25 milyar ekspor. Defisitnya sktr USD 20-22 miliar," katanya lagi.

"Yang kita impor antara lain mesin-mesin, pesawat mekanik, kendaraan, spare parts, plastik, barang dari plastik, besi, baja dan benda-benda dari besi baja. Perabotan dan penerangan rumah, mesin dan peralatan listrik, bahan kimia hingga tekstil dan produk tekstil (pakaian jadi dll)," sambung Dradjad.

BERITA REKOMENDASI

Karena karantina dan peliburan pegawai, imbuhnya pabrik-pabrik di China tutup selama berminggu-minggu. Jelas produksi di China terhenti sehingga mengganggu rantai supply ke seluruh dunia termasuk Indonesia.

Baca: 13 Unit Truk Kuzer RKE 150 dari Astra UD Trucks Kini Memperkuat Armada Berdikari Logistics

Efeknya, barang-barang impor deri China menjadi langka dan harganya menjadi mahal. Hal ini menurutnya akan mengganggu produksi Industri nasional. Inflasi akan naik sementara daya beli konsumen terganggu karena harga jadi mahal. Pasar Tanah Abang, misalnya, ia mencontohkan bisa ikut terdampak.

Baca: ICW Sudah Prediksi KPK Akan Setop Banyak Perkara Sejak Firli Cs Dilantik

"Lalu dari sisi ekspor, Indonesia menjual ke China beragam produk mentah, primer dan industri seperti karet, barang dari karet, tembaga, kayu dan barang dari kayu, ikan, udang, kapas, lemak dan minyak nabati hingga alas kaki. Plastik dan barang plastik, bijh, kerak dan abu logam, pulp, kertas dan karton, bahan dan produk kimia dsb," uarinya.

Karena ekonomi China anjlok, permintaan terhadap barang-barang yang ia ungkpkan juga anjlok. Petani hingga industri besar bakal terkena dampak. Itu dampak langsung melalui perdagangan. Belum lagi melalui pariwisata dan investasi.

Baca: Ekonomi Global Diprediksi Tergerus USD 1,1 Triliun akibat Pandemi Virus Corona

"Bagaimana jika Indonesia ikut terkena wabah? Yang jelas, BPJS bakal semakin besar defisitnya. Produksi dan konsumsi semakin terpukul karena karantina sangat merusak lalu lintas barang dan orang," Dradjad meyakini.


"Pariwisata domestik terpukul. Belanja pemerintah dan aktifitas pembangunan bakal terganggu. Di sisi lain, kapasitas rumah sakit terbatas sementara keuangannya terganggu tunggakan BPJS. Sekarang saja masker sdh langka dan mahal," lanjutnya.

Baca: Ramalan Zodiak Besok, Sabtu 22 Februari 2020: Gemini Sangat Optimis, Libra Banyak Tekanan

Bagaimana dengan kondisi obat-obatan, perlengkapan medis dan tempat tidur rumah sakit jika Indonesia terkena wabah? Jelas, sambung Dradjad akan sangat berat dampaknya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas