Rupiah Anjlok, Pemerintah Disebut Kurang Antisipatif Hadapi Corona
Anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang menembus angka Rp 14.000 disebut merupakan dampak dari penyebaran virus corona.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang menembus angka Rp 14.000 pada Jumat (28/2/2020) kemarin, disebut merupakan dampak dari penyebaran virus corona.
Virus ini diketahui telah memukul keras sektor perekonomian global karena penyebarannya telah massive ke seluruh dunia.
Ekonom INDEF, Bhima Yudhistira menilai melemahnya rupiah terhadap dolar AS disebabkan faktor mewabahnya virus corona yang menampar banyak sektor.
Hal ini tentu saja mempengaruhi kinerja seluruh emiten.
Bahkan wabah corona ini turut berdampak pada pelaksanaan ibadah umrah karena Kerajaan Arab Saudi akhirnya memutuskan untuk menghentikan sementara visa umrah, sejak Kamis lalu.
"Pelemahan nilai tukar rupiah ini disebabkan memang dari faktor eksternal ya. Jadi ada masalah soal virus corona ini wabahnya sudah sampai ke mana-mana, ada barengan umrah di Saudi juga," ujar Bhima, kepada Tribunnews, Jumat (28/2/2020) malam.
Baca: Menantu Bunuh Mertua secara Keji Gegara Uang untuk Tebus Ijazah, Gas LPG hingga Gunting Melayang
Baca: BCL Kembali Menyanyi setelah Meninggalnya Ashraf Sinclair, Ungkap Kondisi dan Harapan untuk Suami
Selain itu, kata dia, langkah antisipasi yang dilakukan pemerintah agar corona tidak terlalu menampar keras ekonomi Indonesia pun dianggap kurang maksimal.
Terutama terkait perbaikan sektor pariwisata dan industri yang terkena dampak secara langsung dari wabah ini.
"Kemudian kalau kita lihat memang permasalahan virus corona ini di dalam negeri dirasa antisipasinya masih kurang. Stimulus-stimulus untuk memperbaiki sektor pariwisata dan industri yang terkena dampak corona juga kurang," papar Bhima.
Sehingga ia melihat melemahnya rupiah ini disebabkan para investor asing saat ini banyak yang melakukan penjualan saham.
Bhima menegaskan bahwa pemerintah seharusnya mencermati hal ini.
"Jadi kalau kita lihat dalam satu bulan terakhir ya, itu triliunan dana investor asing keluar dari bursa saham. Jadi itu yang memang harus dicermati dulu ya," kata Bhima.
Baca: Bahas Makian dan Cacian Netizen di Medsos, Anies Baswedan: Yang Saya Kasihan Itu Ibu
Baca: Menhub Pastikan Maskapai akan Memulangkan Jemaah Umrah yang Telanjur Sampai di Arab Saudi
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bahwa pasar keuangan global memang ikut terguncang akibat mewabahnya corona.
Para investor berlomba menarik diri dari bursa karena khawatir dampak corona terus meluas di sektor keuangan.
"Pasar keuangan global memang sedang meradang, karena memang investor global mengira dampak dari pergerakan corona virus itu memang menyebar," kata Perry, di Jakarta, Jumat (28/2/2020).
Sebelumnya, pada Jumat kemarin, penguatan dolar AS terhadap rupiah mencapai 3,5 persen atau 492 poin.
Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS berada di level Rp 14.108 pada Jumat pagi.
Kemudian sore harinya, dolar AS bergerak fluktuatif hingga akhirnya terus menguat terhadap rupiah pada posisi 14.530.