Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Kemenkop dan UKM Menjaga Produksi dan Pemasaran Kopi di Indonesia

Ditjen Perkebunan ditarget realisasi KUR sebesar Rp20,37 triliun dengan rincian di hulu Rp19,76 triliun dan di hilir Rp0,6 triliun

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Kemenkop dan UKM Menjaga Produksi dan Pemasaran Kopi di Indonesia
dok pribadi
M Riza Damanik 

SCOPI sebagai wadah bagi berbagai pemangku kepentingan yang peduli terhadap kopi berkelanjutan akan memfasilitasi pelaksanaan langkah konkrit untuk menjaga stabilitas produksi dan pasar kopi di Indonesia.

Para anggota SCOPI yang merupakan pelaku UMKM, roaster, eksportir, pendamping petani, LSM dan pengelola koperasi kopi, dalam survei yang dilakukan menyatakan akan tetap melakukan pembelian kopi dan menjualnya secara online. Pendampingan dan sosialisasi kepada petani juga akan dilakukan secara online.

“SCOPI akan merumuskan kelanjutan aksi setelah diskusi ini. Nantikan DISKO dan program selanjutnya yang kami harapkan bisa menjadi sebagian solusi untuk ikut berkontribusi mengurangi dampak negatif pandemi COVID-19 terhadap mata rantai sektor perkopian di Indonesia,” jelas Mentari.

Ketua Dewan Pengurus SCOPI Irvan Helmi menambahkan, pada masa sekarang ini sangat krusial untuk menangkap aspirasi stakeholders dan mengajak gerakan atau aksi yang bersifat kolaborasi, agar mitigasi dampak negatif terutama untuk petani.

Yang pasti, upaya menjaga stabilitas di sektor kopi juga diterapkan petani dan pengusaha kopi. Pemilik CV Frinsa, Wildan Mustofa, selaku perwakilan dari pengusaha kopi dan anggota SCOPI, mengatakan, para pengusaha kecil dan menengah telah melakukan adaptasi pada proses proses penjualan kopi, seperti melakukan penjualan secara online dan memberikan diskon produk.

“Para pemilik kafe skala kecil dan mengengah mengadopsi beberapa taktik penjualan seperti menjadi mitra di market place, memberikan diskon produk serta layanan antar. Tapi, tidak bisa dipungkiri, omset penjualan menurun drastis, bisa sampai 90%," urai Wildan seraya menyebutkan bahwa dirinya turut mendampingi petani kopi di Kecamatan Pangalengan, Provinsi Jawa Barat.

Wildan menambahkan, para pengusaha kopi akan tetap membeli hasil panen kopi ke petani tapi dengan skala yang mungkin lebih kecil. “Oleh karenanya kami butuh dukungan Pemerintah untuk juga membeli atau menampung hasil panen petani agar harga pasaran kopi tidak turun drastis," kata Wildan.

BERITA TERKAIT

Menurut Wildan, periode panen kopi sudah dimulai di beberapa lokasi seperti Aceh dan puncaknya pada Mei hingga September 2020 mendatang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas