Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Data Arus Modal Indonesia Cenderung Negatif, Sampai April Ini Capital Outflow Rp 170 Triliun

Ini salah satu tanda awal bahwa saat ini kita itu yield of difference menjadi sangat lebar antara 10 tahun rupiah dengan 10 tahun dolar AS.

Penulis: Yanuar Riezqi Yovanda
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Data Arus Modal Indonesia Cenderung Negatif, Sampai April Ini Capital Outflow Rp 170 Triliun
Dok.Universitas Indonesia/IST
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Nathan Kacaribu. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Keuangan memberikan warning data terbaru kondisi perekonomian Indonesia denga melihat dari kondisi pasar keuangan saat ini.

Hal paling menonjol dari kondisi pasar keuangan Indonesia saat ini adalah data arus modal yang menunjukkan tren negatif.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Nathan Kacaribu mengatakan, arus modal masuk ke pasar keuangan Indonesia, baik saham maupun obligasi tercatat negatif.

"Setiap tahun hampir tidak pernah kita negatif bahkan lihat misalnya 2019 itu (capital) inflow angkanya sangat besar Rp 221 triliun. Sekarang sampai bulan April ini saja pertengahan minus Rp 170 triliun," ujarnya saat teleconference di Jakarta, Senin (20/4/2020).

Febrio menjelaskan, pihaknya memang belum melihat akhir dari arus modal keluar tersebut karena saat ini masih melihat awal dari tanda-tanda krisis ekonomi akan semakin mendalam.

Baca: Ekonom Muda Ini Ajak Debat Terbuka CEO Ruangguru dan Stafsus Milenial Presiden Jokowi

"Lalu bagaimana ini mempengaruhi keuangan pemerintahan? Ini salah satu tanda awal bahwa saat ini kita itu yield of difference menjadi sangat lebar antara 10 tahun rupiah dengan 10 tahun dolar Amerika Serikat (AS)," katanya.

Baca: Ramadan Ini Masjid Istiqlal Tiadakan Tarawih dan Buka Puasa Bersama, Juga Takbir dan Salat Ied

BERITA TERKAIT

Dia melanjutkan, inilah yang menjelaskan kenapa nilai tukar rupiah tertekan sangat dalam, sehingga kita melihat cadangan devisa Bank Indonesia sudah digunakan sangat banyak untuk stabilitas di pasar.

Baca: Kisah Ika Dewi Maharani, Relawan Perempuan Satu-satunya yang Jadi Sopir Ambulans di RS Covid-19

"Juga dengan ekspor, kita lihat dari sejak 2019 itu sudah negatif dan untuk impor pun sama. Ini selalu kita harus ingat bahwa impor dan ekspor saling berkaitan, jadi kita mengimpor itu 91 persennya adalah barang modal, sehingga kalau impor kita naik itu pertanda baik, kalau turun itu pertanda buruk," ujar Febrio.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas