Ekonom: Stimulus Corona di Indonesia Kecil, Tapi Rasio Utang Terjaga
Indonesia masuk krisis Covid-19 ini dalam paparan yang lebih baik dari negara lain dan pemerintah selama ini
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, stimulus penanganan corona atau Covid-19 diIndonesia terhadap PDB masih kecil yakni 2,6 persen.
David menyampaikan, hal ini patut dimaklumi karena memang skala dari masing-masing negara dampak dari Covid-19 berbeda-beda.
"Stimulus Jepang 20 persen PDB, Malaysia 17 persen, Amerika Serikat 11 persen terhadap PDB. Kita 2,6 persen," ujarnya saat teleconference di Jakarta, Senin (20/4/2020).
Menurutnya, Indonesia masuk krisis Covid-19 ini dalam paparan yang lebih baik dari negara lain dan pemerintah selama ini mengelola utang dengan cukup baik.
Baca: 8 Pilihan Paket Pelatihan Kartu Prakerja secara Online, Cek Harga dan Jumlah Kelasnya
Baca: Pengacara AS Ajukan Tuntutan pada China, Tiongkok Dianggap Lalai Kelola Wabah Corona
Baca: Citi Research: Kuartal I 2020, Kinerja LPKR Paling Solid
"Jadi kalau kita lihat debt to GDP di Indonesia itu masih 30 persen, bandingkan dengan Jepang sekarang posisinya sudah di atas 200 persen," kata David.
Sementara itu, didasari penelitian ekonom di lembaga-lembaga keuangan global yang menyatakan bahwaa debt to GDP diatas 90 persen ini akan berdampak kurang baik bagi pertumbuhan.
Jadi, Indonesia memang punya aturan yang selama ini menjaga sesuai dengan Undang-undang bahwa rasio utang terhadap PDB itu harus dibawah 60 persen.
"Kita selalu menjaga defisit APBN 3 persen, tapi karena ini kejadian extraordinary memperlebar hingga 5 persen. Namun, rencananya ke depan coba terus menurunkan defisit pada tahun-tahun mendatang ketika krisis Covid-19 ini sudah mulai mereda," tuturnya.