Kartini Dari Malang: Cerita Roos Nurningsih Yang Menginspirasi Millenial Lewat Jamu
Roos Nurningsih (70 tahun) seorang wanita pengusaha jamu di kota Malang mengisi masa pensiunnya dengan menjual produk jamu buatannya sendiri.
Editor: Content Writer
Dari kegiatan itu, Ibu Roos dikenalkan dengan Indonesia Mall, salah satu Indonesia Mall adalah bentuk kerjasama Bank BRI dengan e-commerce untuk mendorong UMKM go-online.
Setelah masuk Indonesia Mall, pendapatan Ibu Roos dari produksi jamunya mengalami peningkatan dan jamu Ibu Roos bisa terkenal hingga ke beberapa kota di Indonesia.
Hasil jamu produksinya sekarang tidak hanya di jual offline saja tetapi juga dijual secara online dan menjangkau konsumen di dalam maupun di luar negeri seperti Malaysia, AS, Australia, London dan Jepang.
Diakui Roos, penjualan online menjadi salah satu opsi penjualan yang turut berkontiribusi bagi peningkatan pendapatannya.
“Saya tidak berharap banyak atau memliki target yang besar. Saya hanya bersyukur di usia saya saat ini saya punya aktivitas dan tetap memiliki pendapatan. Namun yang paling penting lagi, jamu saya bisa bermanfaat bagi orang banyak,” tututnya.
Mewariskan Jamu Kepada Kaum Milenial
Menjual jamu hasil racikan sendiri saat telah menjadi aktivitas sehari-hari Ibu Roos. Jamu yang dirintisnya sejak nol kini mulai dikenal masyarakat dan bermanfaat bagi banyak orang.
Namun aktivitas Roos Nurningsih tidak berhenti pada memproduksi jamu saja, Ia juga ikut aktif memberikan pelatihan atau penyuluhan tentang jamu di Kota Malang.
Di waktu luang, Roos menyempatkan waktunya untuk memberikan pelatihan membuat jamu kepada kaum Ibu Karang Taruna, kelompok pensiunan yang aktif mengikuti kegiatan senam dan organisasi-organisasi lainnya.
Ibu Roos juga memberikan pelatihan pembuatan jamu bagi mahasiswa atau pelajar di sekitar Kota Malang.
Selain mengajari cara membuat jamu, Ia juga memberikan penyuluhan tentang manfaat dan khasiat jamu di era pengobatan modern saat ini.
Baginya, jamu tetap menjadi alternatif pengobatan yang aman dan nyaman bagi masyarakat.
“Saya ingin memperkenalkan ke anak muda kaum milenial bahwa jamu itu tidak sekuno yang dipikirkan. Persepsi tentang jamu itu bukan ‘orang gunung’. Saya ingin generasi saat ini tidak lupa dengan jamu,” tuturnya.
Itikad dan semangat Roos dalam memperkenalkan jamu tidak punah ditelan waktu. Di masa tuanya, membuat jamu tidak hanya untuk mengisi waktu dan mencari pendapatan, tetapi juga sebagai sarana untuk berbagi kepada sesama terutama kepada generasi muda.(*)