Negara 'Zona Euro' Hadapi Krisis Ekonomi Terdalam Setelah Lewati Kuartal Terburuknya
Italia bergabung dengan Prancis dalam resesi, setelah PDB negara itu menyusut 4,7 persen pada kuartal pertama 2020.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kawasan Euro menderita kontraksi terburuk sepanjang sejarah yang pernah ada, karena data yang diterbitkan pada Kamis kemarin menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) di zona itu menyusut 3,5 persen pada kuartal pertama 2020, dibandingkan kuartal terakhir tahun lalu.
Output ekonomi di 19 negara yang menggunakan mata uang Euro merosot 3,8 persen pada periode Januari hingga Maret ini.
Seperti yang disampaikan Kantor Statistik Uni Eropa (Eurostat).
"Ini adalah penurunan paling tajam yang diamati sejak rangkaian waktu dimulai pada 1995 lalu," kata lembaga tersebut.
Penurunan ini diperkirakan akan semakin dalam pada kuartal kedua, karena sebagian besar wilayah tersebut telah mengalami penguncian (lockdown) untuk mencegah penyebaran virus corona (Covid-19) pada April ini.
Baca: Pabrik Rokok HM Sampoerna Ditutup Setelah 2 Karyawan Positif Covid-19, 100 Orang Diisolasi
Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (1/5/2020), data menunjukkan, Italia bergabung dengan Prancis dalam resesi, setelah PDB negara itu menyusut 4,7 persen pada kuartal pertama 2020.
Ini menunjukkan penurunan terburuk selama beberapa dekade. PDB Belgia juga turun 3,9 persen, sementara Austria turun 2,5 persen.
Baca: Kisah Video Viral: Dua Pemudik Sembunyi di Tumpukan Krupuk, Cengar-cengir Kepergok Petugas
Sedangkan Jerman memangkas perkiraan PDB untuk 2020 menjadi -6,3 persen dari perkiraan Januari sebesar 1,1 persen, pejabat keuangan setempat pun mengatakan negara itu berada di jalur resesi terburuk sejak Perang Dunia II.
Baca: Pusing karena Sepi Job, Iis Dahlia Menyambung Hidup dari Uang Tabungan
Menanggapi hal ini, Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde mengatakan pada konferensi pers pada Kamis kemarin bahwa kawasan euro memang tengah menghadapi kontraksi ekonomi terbesar dan tercepat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Baca: Mbak Tutut: Ibu Tien Soeharto Meninggal Bukan Karena Tertembak
Ia menambahkan bahwa bank sentral memperkirakan kontraksi PDB akan terjadi antara 5 persen hingga 12 persen pada tahun ini.
ECB menyampaikan, pihaknya berupaya mempertahankan suku bunga agar tidak berubah.
Kendati demikian, siap pula untuk meningkatkan program stimulus untuk penanganan dampak corona jika memang diperlukan, karena zona Euro saat ini tengah menghadapi krisis ekonomi yang mendalam.
Eurostat menunjukkan bahwa tingkat pengangguran mengalami peningkatan menjadi 7,4 persen pada Maret 2020 dari 7,3 persen pada Februari lalu.