Pendapat Dahlan Iskan Tentang Usulan DPR Agar BI Cetak Uang Banyak
Mantan Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah menegaskan, BI tidak perlu mencetak uang.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah menegaskan, BI tidak perlu mencetak uang.
Burhanuddin menegaskan, selama ini BI memang mencetak uang untuk kebutuan transaksi masyarakat setiap tahunnya, sesuai dengan perencanaan atau proyeksi pertumbuhan ekonomi serta target-target nflasi yang dikehendaki pemerintah.
Kemudian, didapatkan angka tertentu, lalu BI mengorder ke Perum Peruri untuk mencetak uang.
"Namun dengan prinsip independensi BI, tidak boleh ada pihak mana pun yang bisa memaksakan kehendak tentang apa yang harus dilakukan maupun tidak dilakukan oleh BI, baik itu dari pemerintah maupun DPR," ujar Burhanuddin dalam wawancara dengan Tribunnews, Rabu malam, 6 Mei 2020.
Baca: THR untuk Pegawai Negeri Sipil Cair Jumat Pekan Ini
Sementara itu, mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan berbicara terkait kebijakan cetak uang ini dari sisi ekonomi dan politik.
Melalui blog pribadinya, disway.id, Dahlan bercerita mengenai teori-teori ekonomi soal cetak uang hingga keputusan akhir ada di tangan politisi.
Baca: Kurangi PHK, Pemerintah Bolehkan Warga Usia di Bawah 45 Tahun Beraktivitas Lagi
Berikut isi blog Dahlan Iskan:
”Pada akhirnya politik yang akan menang. Bukan teknokrat,” ujar Prof. Dr. Didik J. Rachbini, ahli ekonomi dari INDEF itu. Ia ulangi lagi pernyataan itu. Sampai tiga kali.
Sebagai ahli ekonomi ia sudah mengingatkan bahaya cetak uang. ”Itu pernah dilakukan oleh Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara --dari Partai Masyumi. ”Inflasi langsung naik 1000 persen,” ujar Didik.
Baca: Hikmah Pandemi Corona di Mata Natasha Rizky: Bisa 24 Jam Full Jalani Peran Istri dan Juga Ibu
Memang begitulah teori ekonomi yang paten. Pencetakan uang hanya akan menghasilkan inflasi. Masih ditambah melemahnya kepercayaan internasional.
Tapi DPR menolak teori itu. Tokoh utamanya adalah Mukhamad Misbakhun. Dari Partai Golkar. Yang dulu aktivis PKS itu.
”Saya ini memang politisi. Tapi politisi yang berisi,” ujarnya. Rupanya Misbakhun sadar banyak yang meragukan isi kepalanya. Terutama kalau sudah harus bicara soal ekonomi.
Apalagi ini pembicaraan ekonomi yang kelasnya sudah ihya ulumuddinnya Imam Ghazali.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.