Co-Founder Grab Desak Bisnis untuk Hemat Uang dan Siaga Hadapi 'Musim Dingin' Di Tengah Corona
Ia juga meminta agar Grab mempersiapkan situasi darurat saat pandemi virus corona (Covid-19) melanda
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Salah satu pendiri Grab ride-hailing company yang beroperasi di Asia Tenggara dan Timur, Tan Hooi Ling pada Kamis ini mendesak perusahaan tersebut untuk melakukan penghematan uang.
Ia juga meminta agar Grab mempersiapkan situasi darurat saat pandemi virus corona (Covid-19) melanda untuk jangka waktu yang lama.
Dikutip dari laman Sputnik News, Jumat (15/5/2020), pernyataan tersebut ia sampaikan dalam sebuah pengarahan singkat bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Pasifik Barat.
"Hari ini, jika anda melihat kota-kota yang dulu terkenal karena kemacetan lalu lintasnya, seperti Jakarta dan Manila, maka anda sekarang akan melihat jalan-jalan itu kosong. Itu berarti pendapatan mitra pengemudi kami menurun, mata pencaharian mereka untuk mendukung kebutuhan keluarga pun turut terpengaruh," kata Ling.
Ia mengakui bahwa para mitra pengemudi yang bernaung di bawah bendera Grab hanya merupakan sebagian kecil dari unsur yang terdampak pandemi ini.
Baca: 5 Hal yang Wajib Tahu Tentang Naiknya Iuran BPJS Kesehatan, Pertimbangan Dinaikkan Hingga Dendanya
Baca: Anggota Komisi IX DPR Minta Pemerintah Kaji Ulang Keputusan Menaikkan Iuran BPJS Kesehatan
Baca: Tindak Tegas Operator Penerbangan yang Langgar Batas Ketentuan Penumpang
Baca: James Maddison Ungkap Sosok Role Model Utama Permainannya
Namun melihat ketidakpastian kapan wabah ini akan selesai, Ling meminta agar perusahaan bertindak hemat karena ia memprediksi kelesuan ekonomi akibat corona akan berlangsung cukup lama.
"Apa yang mitra kami lalui hanyalah mikrokosmos dari apa yang terjadi dalam perekonomian secara lebih luas. Ada kebutuhan yang harus dipenuhi, sehingga secara aktif Grab harus menghemat uang dan mempersiapkan apa yang mungkin akan terjadi di musim dingin yang sangat panjang," jelas Ling.
Ia mencatat bahwa pandemi ini telah mendorong perubahan pada pola perilaku pelanggan.
"Akan ada peningkatan fokus pada digitalisasi. Konsumen akan tetap berhati-hati jika ingin keluar bahkan saat sistem penguncian (lockdown) dilonggarkan. Ini berarti bahwa mereka akan terus bergantung pada saluran digital untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," tegas Ling.
Akan ada perilaku baru yang ditunjukkan para konsumen, karena mereka akan lebih selektif memilih makanan dan minuman serta moda transportasi yang akan mereka gunakan.
Pasca pandemi, kemungkinan para konsumen akan memprioritaskan pemilihan gerai makanan dan minuman yang memiliki standar kebersihan yang baik, mereka juga akan memilih moda transportasi yang dianggap bisa meminimalisir risiko paparan corona," pungkas Ling.