Maskapai Penerbangan Global di Ambang Kebangkrutan, Ratusan Ribu Karyawan Siap-siap Kena PHK
"Para pekerja industri penerbangan kini dibayangi 'tsunami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)'," kata Strutton
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Operator maskapai internasional yang telah menderita kerugian besar akibat krisis yang disebabkan virus corona atau Covid-19 secara besar-besaran akan memangkas tenaga kerja mereka dan membuat ribuan orang kehilangan pekerjaan.
Maskapai-maskapai top Eropa mengatakan mereka harus mengurangi puluhan ribu pekerjaan untuk memangkas biaya pengeluaran, karena makin memburuknya prospek penerbangan jangka menengah.
Baca: 10 Maskapai Penerbangan di Dunia yang Paling Terpukul karena Pandemi Virus Corona
Pernyataan ini disampaikan Sekretaris Umum Asosiasi Pilot Maskapai Penerbangan Inggris, Brian Strutton.
"Para pekerja industri penerbangan kini dibayangi 'tsunami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)'," kata Strutton.
Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (29/5/2020), Ryanair, Lufthansa, British Airways, Scandinavian Airlines, dan Air France-KLM secara total akan memangkas sekitar 32.000 pekerjaan.
Maskapai bertarif murah Irlandia, Ryanair berencana memangkas 3.000 pekerjaan.
Sedangkan British Airways berencana memangkas 12.000 pekerjaan.
Sementara itu, EasyJet telah mengumumkan pada Kamis kemarin bahwa perusahaan akan memangkas hingga 30 persen tenaga kerjanya dan mengurangi armadanya.
CEO EasyJet Johan Lundgren menyampaikan, ini adalah keputusan yang sangat sulit.
"Kami ingin memastikan bahwa kami bisa selamat dari pandemi sebagai bisnis yang bahkan lebih kompetitif dari sebelumnya, sehingga EasyJet dapat berkembang di masa depan," kata Lundgren.
Selanjutnya, maskapai penerbangan terbesar di Eropa, Lufthansa, yang telah menyetujui dana talangan negara (bailout) sebesar 9 miliar Euro, masih bersiap untuk memangkas 18.000 pekerjaan.
Maskapai raksasa Jerman itu juga berencana untuk memberikan pekerjaan jangka pendek untuk 87.000 dari 135.000 tenaga kerjanya.
Kemudian Bos Virgin Atlantic Richard Branson berencana memangkas lebih dari 3.000 pekerjaan untuk mengurangi dampak dari krisis corona.
Sejumlah maskapai penerbangan bertarif rendah Eropa juga menekan otoritas bandara untuk memangkas biaya sebagai imbalan bagi mereka dalam melanjutkan penerbangan.
Wizz Air, Ryanair, dan EasyJet dilaporkan telah menuntut diterapkannya diskon biaya jangka panjang atau keringanan dari pihak bandara.
Pandemi corona memang telah menyebabkan penurunan pendapatan sebesar 96 persen terkait lalu lintas perjalanan udara di Amerika Serikat (AS).
Maskapai AS pun tidak diizinkan untuk menerapkan PHK apa pun sebagai syarat dari paket bailout sebesar 25 miliar dolar AS yang diberikan pemerintah federal kepada mereka.
Namun, larangan tersebut hanya berlaku hingga 30 September mendatang.
United Airlines telah mengatakan kepada staf mereka bahwa rencana pemangkasan hingga 30 persen pekerjaan itu akan mulai berlaku pada 1 Oktober 2020.
Menurut laporan, sepertiga dari 12.250 pilot United Airlines kemungkinan harus meninggalkan perusahaan.
Maskapai lainnya, termasuk Delta, juga telah memperingatkan akan adanya PHK dalam beberapa waktu ke depan.
Sekitar 100.000 karyawan di empat maskapai utama AS juga telah setuju untuk mengambil pemotongan gaji atau cuti yang tidak dibayar selama sembilan bulan.
American Airlines mengumumkan pada Kamis kemarin bahwa pihaknya berencana untuk memangkas 30 persen dari jumlah staf manajemen dan pendukungnya.
Di antara maskapai global lain yang berencana memangkas karyawan mereka, Qatar Airways yang terbang ke lebih dari 170 tujuan, telah memperingatkan akan adanya 'redundansi' yang substansial di tengah jatuhnya permintaan untuk perjalanan udara.
Sementara itu, Grup AirAsia sebelumnya berjanji untuk menjaga semua karyawannya di tengah krisis penerbangan global, meskipun 96 persen dari armadanya saat ini digrounded.
Industri penerbangan telah menjadi salah satu industri yang paling terpukul pandemi corona.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) memperingatkan bahwa pandemi corona akan mengakibatkan hilangnya pendapatan hingga 314 miliar dolar AS.
Baca: Auto2000 Siapkan Potongan Harga Hingga Rp 100 Juta untuk Pembelian Mobil Baru Toyota
Demikian pula yang disampaikan konsultan penerbangan CAPA pada awal bulan ini, bahwa sebagian besar maskapai penerbangan di dunia akan mengalami kebangkrutan pada akhir Mei 2020, tanpa campur tangan pemerintah dan industri.
Sejauh ini, daftar maskapai yang telah menyatakan kebangkrutan atau operasi yang ditangguhkan, meliputi maskapai regional Inggris Flybe, Virgin Australia, maskapai regional AS Trans States Airlines serta Compass Airlines yang dimiliki oleh Trans States Holdings, Air Italy, South African Airways, dua maskapai terbesar Amerika Latin yakni Avianca dan LATAM Airlines, dan masih ada maskapai lainnya.