Bangun Kilang Mini, Aspermigas Minta Jaminan dari Pemerintah
John S Karamoy menegaskan pihak swasta yang berminat membangun kilang meminta adanya jaminan dari pemerintah.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) John S Karamoy menegaskan pihak swasta yang berminat membangun kilang meminta adanya jaminan dari pemerintah.
Jaminan yang dimaksud terkait market share hingga offtaker dalam menjalankan bisnis.
“Kami minta ada processing deal. Kemudian dari memproses minyak dan produk-produknya nanti diambil oleh Pertamina,” kata John dalam diskusi daring di Jakarta, Sabtu (27/6/2020).
Baca: Lanjutkan Bangun Kilang, Pertamina: Ini Langkah Strategis
Aspermigas, sambung John, sedang berencana membangun kilang mini untuk mendukung proyek strategis nasional.
"Jadi sekitar delapan unit kilang mini kita targetkan dibangun hingga 2027," katanya.
Adapun total kapasitas ke delapan kilang mini mencapai kisaran 270.000 bpd (barel per hari).
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) akan membangun kilang untuk menambah kapasitas sesuai kebutuhan produk yang dijual seperti Bahan Bakar Minyak (BBM).
Baca: Tegaskan Bangun Kilang Tetap Jalan di Tengah Pandemi, Pertamina: Biar Tak Tergantung Impor BBM Lagi
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Ignatius Tallulembang menyampaikan kapasitas terpasang kilang Pertamina saat ini satu juta barel per hari.
Ignatius memaparkan dalam operasionalnya Pertamina dapat mengolah 850 ribu barel per hari menjadi produk BBM sekitar 680 ribu barel per hari.
Menurutnya, hal ini tidak sebanding dengan kebutuhan produk BBM yang mencapai 1,4 juta barel per harinya.
"Artinya, kebutuhan produk BBM ditutup dari luar negeri atau impor. Pembangunan kilang ini untuk menekan ketergantungan impor," kata Lete sapaannya saat zoom meeting.
Baca: Pembangunan Kilang Pertamina Ciptakan Jutaan Lapangan Kerja
Sementara itu, dalam hal daya saing kilang Pertamina sudah jauh tertinggal dari negara lainnya.
Kilang termuda Pertamina berusia 30 tahun yang berdampak dari kualitas produksi hingga teknologi yang diadopsi sudah relatif tertinggal.
"Kilang-kilang Pertamina ada lima usianya mulai dari 70 tahun bahkan ada yang sampai 100 tahun. Yang terbaru kilang Balongan dibangun 1990, sudah 30 tahun usianya," katanya.
Lete menjelaskan produk yang dihasilkan Pertamina yakni masih Euro I dan II sedangkan beberapa negara sudah masuk Euro IV atau V.
Dalam paparannya, Singapura dan China sudah masuk produksi Euro VI.
"Kilang kita masih menghasilkan produk kualitas Euro I-II setara dengan Bangladesh. Dengan pembangunan kilang ini minimum produk kita nantinya Euro IV," kata dia.