Gali Potensi Logam Tanah Jarang, Analis Sarankan Pemerintah Berguru ke China
Menurut Ariston, memiliki bahan baku berupa logam-logam itu tidak cukup untuk membuat Indonesia jadi pemain besar dunia
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Material logam tanah jarang atau rare earth kembali mencuat lantaran Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhur Binsar Panjaitan membahas untuk menggali potensi pengembangan itu di industri persenjataan bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Kepala Riset PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra mengatakan, Indonesia membutuhkan teknologi untuk mengembangkan produksi logam tersebut.
Baca: Menko Luhut Apresiasi Pertamina Sukses PLBC dan TKDN RDMP Cilacap
"Wah, pastinya butuh alih teknologi dari negara yang sudah memanfaatkan potensi rare earth," ujarnya kepada Tribunnews, Rabu (23/7/2020).
Menurut Ariston, memiliki bahan baku berupa logam-logam itu tidak cukup untuk membuat Indonesia jadi pemain besar dunia.
"Kalau memang Indonesia punya materialnya, berarti perlu teknologi dan biaya untuk mengambilnya," katanya.
Baca: Analis: Indonesia Mau Jadi Pemain Logam Tanah Jarang, tapi China Kuasai Pasar 95 Persen
Karena itu, dia menyarankan, pemerintah agar bisa mempelajari rare earth ini ke negara penguasa pasar di dunia sebesar 95 persen yakni China.
"Mungkin kerja sama dengan China menjadi satu opsi untuk alih teknologi dan pembiayaan," pungkas Ariston.