Terdampak Covid-19, Laba Perusahaan Pembiayaan Turun Hingga 65 Persen
Indikator kinerja perusahaan pembiayaan atau multifinance menurun sebagai dampak pandemi Covid-19.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indikator kinerja perusahaan pembiayaan atau multifinance menurun sebagai dampak pandemi Covid-19.
Hal ini dipengaruhi oleh lesunya permintaan kredit, baik motor, mobil, maupun pembiayaan lain.
Per Juni 2020, penjualan mobil baru turun 46 persen dan penjualan motor baru turun 40 persen.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan, laba perusahaan pembiayaan anjlok hingga 65 persen secara tahunan atau year on year (yoy) per Mei 2020.
Baca: Penjualan Mobil DFSK Lewat Leasing Cenderung Naik Sejak 2019
Laba hanya tinggal Rp 2,6 triliun dan kemungkinan melanjutkan tren penurunan pada sisa tahun 2020.
Pandemi Covid-19 juga mengerek kredit macet (non performing financing/NPF) naik di level 4,1 persen. Kredit macet naik 51 persen secara tahunan (yoy) dibanding tahun sebelumnya.
"Misalnya penjualan roda empat tidak meningkat signifikan. April 7.800 unit. Mei 3.500 unit. Juni meningkat 13.000 unit. Juli tidak begitu terjadi pergerakan. Agustus juga demikian. Ini buying power (daya beli) turun, Covid-19 belum kunjung turun," kata Suwandi dalam webinar Infobanktalknews, Rabu (12/8/2020).
Suwandi menyampaikan, aset perusahaan pembiayaan (PP) juga menurun 1,42 persen (yoy). Dari total aset Rp 507 triliun, 44 persen atau Rp 224 triliun merupakan aset PP terafiliasi ATPM, 32 persen (Rp 163 triliun) aset terafiliasi bank, dan 24 persen (Rp 120 triliun) aset PP tidak terafiliasi.
Piutang pembiayaan pun sama. Tercatat, piutang pembiayaan menurun 6,4 persen (yoy).
Baca: Ekonom: OJK Perlu Berikan Reward & Punishment untuk Leasing yang Tak Patuhi Relaksasi Kredit
Dari total piutang Rp 420 triliun, 60 persen atau Rp 252 triliun merupakan piutang pembiayaan multiguna, Rp 129 triliun pembiayaan investasi, dan Rp 24 triliun pembiayaan multiguna.
"Ada korelasi pertumbuhan PP tidak beda jauh dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kalau ekonomi di sekitar 5 persen, angkanya (pertumbuhan PP) bisa 4-7 persen dari pertumbuhan ekonomi," ujar Suwandi.
Adapun untuk bertahan di tengah pandemi Covid-19, perusahaan pembiayaan melakukan sejumlah cara seperti mengefisiensi biaya, lebih selektif memilih debitur sebagai new normal di sektor pembiayaan usai pandemi, dan memanfaatkan sumber dana yang ada.
"Kita efisiensi biaya, itu sudah pasti. Lebih memanfaatkan teknologi seperti rapat-rapat virtual. Kami akan lebih selektif memilih debitur ke depan," jelasnya.
Risiko masih ada