Faisal Basri Singgung Subsidi Biofuel di Tengah Pandemi, untuk Apa?
Faisal Basri menyinggung subsidi biofuel yang diberikan pemerintah di tengah masa pandemi Covid-19.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri menyinggung subsidi biofuel yang diberikan pemerintah di tengah masa pandemi Covid-19.
Menurutnya, biofuel sesungguhnya renewable energy yang tidak ramah lingkungan.
"Kalau program biofuel ini diteruskan kita akan butuh paling tidak enam juta hektare lahan lagi untuk tanaman sawit, itu kan tidak bersahabat. Seharusnya kita move forward melakukan terobosan dari energi yang tidak ramah lingkungan menjadi ramah lingkungan," kata Faisal dalam webinar Indonesia Naik Kelas di Jakarta, Sabtu (15/8/2020).
Baca: Faisal Basri: Gara-gara Utang, PNS Tidak Naik Gaji Selama 4 Tahun
Faisal menegaskan dirinya bukan anti sawit tetapi alangkah bagusnya makna renewable energy diterjemahkan secara tepat.
"Kita bukan anti sawit ya, tapi lebih baik langsung menggunakan solar energy. Itu justru lebih keren gitu ya," ucapnya.
Faisal juga mempertanyakan langkah pemerintah ingin mendorong mobil listrik untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.
Dia bilang diperlukan harmonisasi guna menentukan arah dari renewable energy tersebut.
"Kalau penggunaan mobil listrik ini kan otomatis konsumsi BBM kita juga berkurang. Jadi mana yang didahulukan ini juga masih belum jelas," tukas dia.
Lebih lanjut, Faisal menilai butuh konsensus nasional baru tentang kemana Indonesia pasca pandemi dan harus betul-betul berbeda dari sebelumnya.
Baca: Faisal Basri: Indonesia Bakal Sulit Keluar dari Jurang Resesi
Diketahui, subsidi biofuel untuk program B30 yang diklaim pemerintah bisa menjadi solusi untuk penyerapan hasil perkebunan rakyat dan energi baru terbarukan justru dikhawatirkan hanya memperkaya pengusaha.
"Ada lagi subsidi biofuel, jumlahnya Rp2,8 triliun kalau tidak salah untuk operasi Rp1 triliun. Untuk Martua Sitorus dan kawan-kawan Rp2,8 triliun plus Rp700 miliar dari tambahan dana sawit yang naik dari US$50 menjadi US$55 per ton," bebernya.