Kuartal I 2020, Eka Sari Lorena Transport Catat Pendapatan Rp 20,97 Miliar
Sepanjang kuartal I 2020, emiten jasa transportasi darat, PT Eka Sari Lorena Transport Tbk (LRNA) meraih pendapatan bersih sebesar Rp 20,97 miliar.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Sepanjang kuartal I 2020, emiten jasa transportasi darat, PT Eka Sari Lorena Transport Tbk (LRNA) meraih pendapatan bersih sebesar Rp 20,97 miliar.
Angka tersebut turun 7,33 persen dibandingkan periode yang sama di 2019 sebesar Rp 22,63 miliar.
Penurunan pendapatan tersebut, seiring dengan pandemi virus corona yang mulai masuk ke Tanah Air pada awal Maret lalu yang sangat berimbas pada kinerja bisnis perusahaan.
Di tengah penurunan pendapatan tiga bulan pertama tahun ini, LRNA pun membukukan rugi bersih tahun berjalan sebesar Rp 11,46 miliar, dari rugi bersih periode yang sama tahun 2019 yakni Rp 5,35 miliar.
Untuk mengantisipasi keadaan perekonomian yang buruk akibat pandemi Covid-19, di awal April perseroan telah mengambil langkah–langkah konkret untuk memastikan perseroan dapat terus bertahan.
Direktur Lorena Dwi Rianta Soerbakti mengatakan, pendapatan perusahaan pada kuartal pertama masih didominasi oleh bisnis jasa layanan angkutan penumpang antarkota-antarprovinsi (AKAP).
Pendapatan bus AKAP mencapai Rp 17,39 miliar meskipun turun 9,56 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 19,23 miliar.
"Pendapatan perseroan lainnya dari bisnis Shuttle Bus, Transjabodetabek Regular, Jabodetabek Residence Connexion dan Jabodetabek Airport Connexion," ujarnya, Rabu (26/8/2020).
Sepanjang 2019, pendapatan perseroan melesat 22 persen menjadi Rp 124,58 miliar dari tahun 2018 yakni Rp 102,24 miliar dan pendapatan di tahun 2017 sebesar Rp 106,62 miliar.
Perseroan masih membukukan rugi bersih di 2019 sebesar Rp 6,86 miliar, kendati berhasil ditekan hingga 77 persen dari rugi bersih 2018 yakni mencapai Rp 29,87 miliar.
“Kami optimis, ke depan bisnis Perseroan akan tetap bertumbuh kembali seiring dengan strategi bisnis yang sudah dijalankan sejak tahun 2017 yaitu mengubah “Business Model” Perseroan dari layanan “Mass Public Transportation” menjadi “Boutique Mass Transportation” yang berorientasi kepada kualitas bukan kuantitas.
Di semester I tahun 2020, Perseroan telah menjalankan rute baru layanan Jabodetabek Airpor Connexion (JAC) yaitu Bogor/Ciawi – Bandara Soekarno - Hatta dan mempertajam “Commuter Lines” yaitu pada sektor Transjabodetabek Regular (TJR) dan Jakarta Residence Connexion (JRC) serta memperkuat sektor “Corporate Rental” dengan masa kontrak di atas 1 tahun.
Di tengah dampak pandemi Covid-19 ini, Perseroan menerapkan sejumlah strategi antisipasi dan efisiensi di awal April tahun 2020 ini. Layanan operasional segmen AKAP mengalami pembatasan jumlah bus dan penumpang.
Layanan segmen Jabodetabek/Commuter Lines juga mengalami pembatasan, begitupun dengan layanan operasional segmen Shuttle Bus.
Adapun untuk layanan operasional segmen Jabodetabek Airport Connexion mengalami pemberhentian operasional di pertengahan Maret 2020.
Untuk memastikan perseroan dapat bertahan menghadapi krisis ekonomi ini, perseroan melakukan efisiensi besar-besaran sehingga biaya tetap (fixed cost) menjadi sangat kecil mengikuti penurunan pendapatan.
Perseroan juga melakukan reschedule terhadap kewajiban pada bank/leasing namun kewajiban LRNA relatif kecil.
"Seiring dengan mulai dilonggarkannya aturan PSBB dan mulai menggeliatnya bisnis di Indonesia, secara perlahan – lahan perseroan juga telah meningkatkan jumlah armada dan layanan yang dioperasikan," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.