Menurut Pengamat Ini, Investasi China di Indonesia Beri Kontribusi Positif
BRI merupakan mega proyek Pemerintah China yang sudah diinisiasi sejak tahun 2013 dan diikuti oleh 70 negara.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Hubungan Internasional Jona Widhagdo Putri menyampaikan dalam 70 tahun hubungan diplomatis antara Indonesia dengan China memberi kontribusi positif.
Hal itu disampaikan dalam seminar virtual yang mengupas mengenai program Belt and Road Initiative (BRI) bagi kepentingan Indonesia, Jumat (28/8/2020).
BRI merupakan mega proyek Pemerintah China yang sudah diinisiasi sejak tahun 2013 dan diikuti oleh 70 negara.
Proyek tersebut memberikan keleluasaan pemberian pinjaman infrastruktur dan investasi terhadap negara-negara yang membutuhkan.
"Indonesia diharapkan dapat mengoptimalkan kemitraan strategis dengan China dalam mewujudkan sinergi Poros Maritim Dunia. Implementasi dari sinergi program Poros Maritim Dunia dan BRI ini mewujud dalam dua aspek yang berpotensi menguntungkan Indonesia," kata Jona yang juga Penasihat Khusus Menko bidang Kemaritiman dan Investasi ini.
Baca: Menhub Sebut Konflik Natuna Tak Ganggu Investasi China di Proyek Transportasi RI
Pertama, hard structure development yang meliputi pengembangan koridor ekonomi 3+1 di wilayah Sumatera Utara, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Bali.
Kedua, soft structure development melalui Tsinghua South East Asia Center dan Sustainable Development Solutions Network di Bali.
Baca: Pemerintah Bisa Saja Tinjau Kembali Investasi China di Indonesia
Total potensi investasi tersebut ditaksir mencapai 51,93 miliar dollar AS atau lebih.
“Tak hanya kerja sama dalam hal infrastruktur, investasi pun diharapkan mengutamakan aspek sosial budaya untuk pengembangan manusia, dan hubungan masyarakat antar-kedua negara,” terang dia.
Jona menjelaskan selama ini Investasi China di Indonesia secara nyata telah memberikan kontribusi ekonomi pada peningkatan ekspor nasional, pendapatan daerah, penciptaan lapangan kerja, dan pengembangan sumber daya manusia.
Salah satunya investasi China dalam hal pengolahan nikel.
Di antaranya dengan berdirinya PT IMIP (Indonesia Morowali Industrial Park) di Sulawesi Tengah.
Dengan adanya IMIP, Indonesia telah menjadi bagian dari global supply chain melalui ekspor olahan nikel ke beberapa negara, seperti Amerika, Spanyol, Italia, India, Taiwan, dan Korea Selatan.
“Sebagai contoh, kerja sama di bidang pendidikan dilakukan dengan dibangunnya Politeknik Industri Logam Morowali di IMIP, juga adanya program pengiriman mahasiswa Indonesia ke China,” tambah Jona.
Jona mengungkapkan hubungan Indonesia dan China tak terbatas dalam sektor ekonomi. Bahkan, baru-baru ini keduanya bekerja sama dalam hal vaksin Covid-19.
Menurut data BKPM, Investasi China ke Indonesia saat ini menempati posisi ke-2 diantara Singapura dan Jepang dengan realisasi Investasi dari USD 2,4 Milyar pada tahun 2018, meningkat menjadi USD 4,7 Milyar pada tahun 2019.
Menurut data dari General Administration of Custom China (GACC), nilai ekspor Feronikel (HS code 720260) dari Indonesia ke China adalah USD 913 juta pada tahun 2018, meningkat menjadi USD 2,2 Milyar pada tahun 2019 (meningkat 144,49 persen dari 2018 ke 2019).
Sedangkan Januari-April 2019 dari USD 535 juta meningkat menjadi USD 1,4 Milyar pada periode yang sama Januari-April 2020.